"Kita tidak menjadikan ISBI sebagai manara gading bagi kelompok tertentu. Siapapun boleh tampil di ISBI, kita memberikan ruang kepada seniman," imbuhnya.
Perihal larangan TPH tampil di ISBI Bandung, Retno menuturkan bahwa hal tersebut bermula saat pihaknya melihat judul dan pertunjukannya bernarasi pro kontra. Sehingga ISBI Bandung menjaga koridor-koridor yang harus dipahami TPH.
Baca Juga:
Teater ‘Wawancara Dengan Mulyono’ Batal Digelar, Rektor ISBI Bandung: Kampus Bukan Tempat Konflik dan Provokasi
"Ada koridor yang harus dijaga, karena kita perguruan tinggi harus netral dari hal hal bersifat politis," bebernya.
Agar tetap bisa tampil, ISBI Bandung memberikan rekomendasi kepada kelompok tersebut untuk bermain di gedung-gedung lain milik pemerintah daerah baik kota/kabupaten maupun provinsi, seperti Gedung Indonesia Menggugat, Gedung Rumentang Siang dan lainnya.
"Kami tegaskan kembali bahwa siapapun boleh menggelar pertunjukan di ISBI. Namun khusus untuk pertunjukan ‘Wawancara dengan Mulyono’ oleh TPH ini kami mohon dengan hormat tidak digelar disini. Kan masih banyak gedung-gedung kesenian atau pertunjukan yang relevan dengan konsep tersebut seperti di Gedung Indonesia Menggugat, atau Gedung Rumentang Siang. Banyak pilihan lah,” bebernya.
Baca Juga:
Sambut HPSN 2025, Pemkot Bandung Bebenah Pasar dan Perdana Kirim RDF ke Industri Semen
Retno menambahkan, pihak TPH hanya mengajukan permohonan peminjaman ruangan secara lisan, tanpa melengkapi prosedur administrasi yang diwajibkan oleh pihak kampus. ISBI Bandung juga telah menyampaikan bahwa Studio Teater ISBI Bandung tidak dapat digunakan sebagai lokasi pertunjukan dikarenakan beberapa alasan, khususnya terkait keterbatasan ruang yang dimiliki dan semakin dekatnya waktu perkuliahan.
“Intinya ya sudah, kan pengajuannya sudah ditolak Ketua Jurusan. Seandainya pun sudah menyampaikan surat ya tidak ditindaklanjuti karena ditolak,” kata dia.
Keputusan ISBI Bandung Tidak Mengizinkan Pertunjukan "Wawancara dengan Mulyono"