Anak itu pun sempat menolak untuk ikut bersama Dedi. Namun Dedi terus merayu sambil memberikan pilihan apakah akan ikut atau diproses ke kepolisian.
"Hayu milu jeung bapak (ayo ikut sama bapak). Lamun engke diproses ku polisi bisa asup kejahatan anak (Kalau nanti diproses polisi bisa masuk kejahatan anak). Mending milu bapak, diurus (Mending ikut sama bapak, diurus). Pertama kebiasaan minumnya dihilangkan, kedua otaknya dibersihkan, kebiasaan merokoknya dihilangkan. Mumpung ada yang sayang. Sekarang tinggal pilih ikut bapak nyantri atau dipolisikan?," ujar Dedi.
Baca Juga:
Dua Kecamatan ‘Clear’ Rekapitulasi, Ketua KPU Kota Bekasi Klaim Pleno Terbuka Kondusif
Awalnya, anak itu terus menolak ajakan Dedi karena ingin tinggal di rumah tersebut dan berjanji tidak akan berbuat hal kriminal. Namun pihak keluarga tetap meyakinkan anak tersbeut untuk ikut Dedi agar bisa direhabilitasi.
Pihak keluarga terus membujuk agar sang anak mau ikut direhabilitasi. Karena terus menolak dengan sedikit paksaan pihak keluarga langsung membopong anak tersebut menuju mobil Dedi.
Meski sempat menolak dan berontak, ia akhirnya terlihat lebih tenang setelah di dalam mobil. Bahkan mulai terbuka saat Dedi bertanya ia suka bermain dengan siapa dan melakukan apa.
Baca Juga:
Mulai Minggu Ini, Deretan Film Blockbuster Big Movies Platinum GTV Siap Temani Akhir Tahunmu!
"Jeung barudak gede. Si Topi nu sok mentaan duit (Sama orang dewasa. Si Topi yang suka mintain uang)," kata bocah itu.
Sementara itu pihak keluarga yang mendampingi dalam mobil, Ki Abad mengatakan kelakuan ganjil anak tersebut mulai muncul pada umur tujuh tahun. Ia menduga salah satu faktornya adalah si anak ditinggal bercerai oleh orang tua ditambah pergaulan yang salah dengan orang dewasa.
Ki Abad menjelaskan, pihak keluarga sudah berusaha untuk 'mengobati' anak tersebut dengan memasukkannya ke sejumlah pesantren namun gagal karena kabur. Keluarga pun pasrah hingga akhirnya kini muncul harapan baru setelah Kang Dedi Mulyadi datang untuk membantu merehabilitasi.