WahanaNews-Purwakarta | Sebagai upaya rehabilitas, anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyelamatkan seorang bocah berusia 10 tahun yang sering mengamuk ke Ponpes Cireok.
Diduga kelakuan tersebut muncul setelah bocah tersebut sering bergaul dengan orang dewasa. Belakangan diketahui bocah tersebut juga mulai kecanduan miras dan diduga kerap menggunakan obat-obatan.
Kemarin, Kang Dedi datang ke rumah bocah tersebut di Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta dengan didampingi pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Purwakarta.
Baca Juga:
Datangi Polres Malang Kota, Puluhan Kyai dan Ulama Suarakan Netralitas APH
Sesampainya di lokasi Dedi bertemu dengan OD yang merupakan kakek dari bocah tersebut. Selama ini bocah itu tinggal bersama ibu, kakek dan buyutnya. Sementara sang bapak tinggal terpisah karena sudah bercerai sejak lama.
"Ibu-bapaknya cerai. Ibunya kerja di pabrik garmen sekarang," ujar OD.
Menurut OD, bocah itu hanya sekolah sampai kelas 3 SD karena pihak guru sudah tidak sanggup. Di sekolah, ia kerap berbuat nakal bahkan hingga memalak temannya.
"Kita juga baru tahu sekarang-sekarang katanya suka minum-minuman keras sama beli obat bareng anak dewasa," katanya.
Baca Juga:
Cerita Inspiratif Mila Karmilah, Penerima Manfaat PKH Kemensos
Mendengar hal tersebut Kang Dedi Mulyadi pun berinisiatif untuk merehab bocah tersebut agar kembali menjadi anak baik. Terlebih melihat kondisi anak yang kurang pengawasan dari ibunya karena bekerja juga kakek dan buyutnya yang sudah tua.
Dedi pun khawatir jika terus dibiarkan anak itu menjadi semakin nakal karena salah pergaulan. "Di sini gaul dengan anak yang lebih besar, saya khawatir malah gaul dengan orang yang biasa berbuat kejahatan besar. Soalnya anak seperti ini bisa dididik jadi penjahat gede. Ngeri ini," kata Dedi.
Pihak keluarga pun setuju dan senang terhadap hal tersebut. Sebab pihak keluarga sudah pasrah dan tak tahu lagi harus berbuat apa agar anak tersebut bisa berubah.
Anak itu pun sempat menolak untuk ikut bersama Dedi. Namun Dedi terus merayu sambil memberikan pilihan apakah akan ikut atau diproses ke kepolisian.
"Hayu milu jeung bapak (ayo ikut sama bapak). Lamun engke diproses ku polisi bisa asup kejahatan anak (Kalau nanti diproses polisi bisa masuk kejahatan anak). Mending milu bapak, diurus (Mending ikut sama bapak, diurus). Pertama kebiasaan minumnya dihilangkan, kedua otaknya dibersihkan, kebiasaan merokoknya dihilangkan. Mumpung ada yang sayang. Sekarang tinggal pilih ikut bapak nyantri atau dipolisikan?," ujar Dedi.
Awalnya, anak itu terus menolak ajakan Dedi karena ingin tinggal di rumah tersebut dan berjanji tidak akan berbuat hal kriminal. Namun pihak keluarga tetap meyakinkan anak tersbeut untuk ikut Dedi agar bisa direhabilitasi.
Pihak keluarga terus membujuk agar sang anak mau ikut direhabilitasi. Karena terus menolak dengan sedikit paksaan pihak keluarga langsung membopong anak tersebut menuju mobil Dedi.
Meski sempat menolak dan berontak, ia akhirnya terlihat lebih tenang setelah di dalam mobil. Bahkan mulai terbuka saat Dedi bertanya ia suka bermain dengan siapa dan melakukan apa.
"Jeung barudak gede. Si Topi nu sok mentaan duit (Sama orang dewasa. Si Topi yang suka mintain uang)," kata bocah itu.
Sementara itu pihak keluarga yang mendampingi dalam mobil, Ki Abad mengatakan kelakuan ganjil anak tersebut mulai muncul pada umur tujuh tahun. Ia menduga salah satu faktornya adalah si anak ditinggal bercerai oleh orang tua ditambah pergaulan yang salah dengan orang dewasa.
Ki Abad menjelaskan, pihak keluarga sudah berusaha untuk 'mengobati' anak tersebut dengan memasukkannya ke sejumlah pesantren namun gagal karena kabur. Keluarga pun pasrah hingga akhirnya kini muncul harapan baru setelah Kang Dedi Mulyadi datang untuk membantu merehabilitasi.
"Ini anak suka ngamuk naik ke atap terus lemparin genteng. Uyutnya lagi tidur disiram pakai air biar bangun karena mau minta uang. Saya juga pernah diancam pakai golok karena tidak kasih uang. Ditanya dapat golok dari mana, katanya beli dari orang lain Rp 300 ribu," beber Ki Abad.
Pihak keluarga pun mengaku senang Kang Dedi merehabilitasi anak itu ke Ponpes Cireok dengan metode santri. Sebab banyak yang menduga kelakuan anak itu berubah drastis karena gangguan jin.
"Soalnya kemarin ini baru digebukin sama orang dewasa sampai luka, bengep, sekarang sudah enggak apa-apa. Terus kemarin buat efek jera itu sama mereka (pemuda yang menangkap) diikat di pohon di hutan, ditinggal, kemudian dicek sudah tidak ada. Terus kalau naik ke atap itu loncat dari rumah ke rumah tidak ada takutnya. Orang nyangka ini anak ada jinnya," ucapnya.
Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sang bocah pun tiba di Ponpes Cireok. Di tempat ini, ia akan direhabilitasi dengan metode santri sambil melanjutkan pendidikannya.
"Mudah-mudahan diobati langsung sembuh," ujar Kang Dedi Mulyadi.
Seperti diketahui bukan kali ini saja Dedi melakukan rehabilitasi terhadap warga. Sudah banyak warga mulai dari anak-anak hingga dewasa yang ia rehabilitasi di Ponpes Cireok.
Bahkan beberapa dari mereka kini telah hidup normal dan ada juga yang melanjutkan sekolah di pesantren yang berada di Cijaya, Kecamatan Campaka, Kabupaten Purwakarta tersebut.
[kaf]