"Sepedanya merek Fongers," tegas Soekarno. Seperti sepeda yang dirusak oleh Harsono Tjokroaminoto dulu.
Sepeda Fongers membuat Soekarno yang menjadi tahanan kota (yang boleh berkeliaran di tempat umum) jadi terlihat lebih mentereng. Sama menterengnya dengan orang-orang Belanda yang jadi pejabat pemerintah atau petinggi perkebunan.
Baca Juga:
Bersepeda demi Keamanan, Langkah Inovatif Polres Sibolga Wujudkan Ketertiban
Dengan sepeda itu dia bisa berkeliling kota dengan Inggit yang setia menemaninya dalam perjuangan dan derita. Soekarno bersepeda keliling kota Bengkulu bersama pengusaha Muhammadiyah kawan Haji Hasan Din, yakni Oei Tjeng Hien alias Haji Karim Oei.
Di Bengkulu, Soekarno mulai mengenal putri dari Haji Hasan Din yang bernama Fatimah, yang belakangan dikenal sebagai Fatmawati. Di sana pula Fatmawati yang menjadi saksi betapa gagahnya Soekarno mengayuh sepeda Fongers itu. Masa-masa Soekarno mengayuh sepeda di Bengkulu kemudian berakhir ketika militer Jepang membawanya ke Jakarta.
Sepeda Fongers dari keluarga Ning itu masih tertinggal di Bengkulu. Di rumah yang dulu ditempati Soekarno waktu dibuang ke Bengkulu itu, terdapat sepeda yang dipajang. Untuk mengenang Soekarno yang dulu rajin bersepeda di sana.
Baca Juga:
Anak Perwira TNI Terlihat Bersepeda Sebelum Tewas di Lanud Halim
"Waktu kami bersama berada di Bengkulu sering kami berlomba naik sepeda," aku Fatmawati dalamFatmawati Catatan Kecil Bersama Bung Karno.
Fatmawati tentu pernah bersepeda bersama Soekarno di Bengkulu sebelum menjadi suami istri. Fatmawati menjadi wanita kesekian yang pernah dibonceng Soekarno. Lalu setelah meninggalkan Bengkulu dan kemudian ditinggalkan Inggit Ganarsih, Fatmawati kemudian menyusul Soekarno ke Jakarta hingga akhirnya jadi suami istri.
Bersepeda tetap menjadi kesukaan Soekarno, meski tak bisa dilakoni dengan bebas setelah Soekarno disibukkan oleh pekerjaannya sebagai penasehat militer Jepang, lalu sejak 1945 menjadi Presiden Republik Indonesia. Karena itu bukan hal aneh jika dalam kunjungannya Soekarno suka pinjam sepeda orang untuk dinaikinya.