WahanaNews Jabar-Banten | Bagi Soekarno, Proklamator Republik Indonesia, sepeda tidak hanya dianggap sebagai alat transportasi semata. Sepeda menjadi alat baginya untuk menggapai cita-cita menggapai kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pernah gandrung dengan sepeda. Saat itu dia masih menjadi siswa Hoogere Burger School atau HBS (setingkat sekolah menengah atas) di Surabaya pada akhir tahun 1910-an. Jarak rumah kosnya dengan sekolah sekitar satu kilometer. Dia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki atau membonceng sepeda temannya.
Baca Juga:
Bersepeda demi Keamanan, Langkah Inovatif Polres Sibolga Wujudkan Ketertiban
"Setiap anak mempunyai sepeda. Aku sendiri yang tidak," kata Soekarno kepada Cindy Adams dalamBung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,yang dilansir dariHistoria.
Maka Bung Karno sedikit demi sedikit menabung untuk membeli sepeda. Akhirnya dirinya berhasil membeli sepeda seharga Rp 8.
"Kubeli Fongers yang hitam mengkilat, sepeda keluaran Negeri Belanda," lanjut Soekarno.
Baca Juga:
Anak Perwira TNI Terlihat Bersepeda Sebelum Tewas di Lanud Halim
Dia bangga sekali dengan sepedanya.
Fongers adalah salah satu sepeda sohor masa Hindia Belanda. Sepeda buatan Belanda lainnya berjenama Batavus, Sparta, dan Gazelle. Lain itu, sepeda yang beredar kala itu dari Inggris juga ada. Antara lain Raleigh, Humber, dan Phillips. Secara kualitas, semuanya hampir mirip. Harganya tak beda jauh, tapi sangat mahal bagi kebanyakan orang.
"Aku merawatnya bagai seorang ibu. Ia ku gosok-gosok. Kupegang-pegang. Kubelai-belai," aku Sang Proklamator.