Sementara pada karya kedua berjudul 'Optimisme' yang menggunakan akrilik dan pewarnaan akrilik dengan ukuran 62 cm x 82 cm, Rudy menggambarkan bunga matahari sebagai simbol sifat optimis dan semangat yang tinggi.
Bunga matahari, lanjut Rudy, seakan bisa memberikan energi positif bagi siapa saja yang memandangnya dan mampu selalu memberikan kehangatan bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di alam semesta.
Baca Juga:
NASA Berhasil Rekam Citra 'Lukisan' van Gogh di Langit Planet Jupiter
"Layaknya matahari yang akan selalu menyinari alam semesta dan tidak pernah padam. Bunga matahari tampak begitu kuat dan tidak mudah rapuh yang melambangkan sifat tegar, optimis menuju hari esok," jelas Rudy.
Selain dua karya dari Rudy, Nuansa Rupa International Contemporary Art Exhibition juga menampilkan karya-karya dari artis internasional seperti Cira Bhang (Prancis), Dudi Arte (Italia), Hagopian (Argentina), Halima Aziz (Palestina), Karina D. Simon (Singapura), Libardo Mojica (Kolombia), Maya Mekira (Jepang), Michal Avrech (Israel), dan Natalia March (Inggris).
Tampil pula karya dari seniman internasional lain seperti Nesar Ahmad (Afganistan), Nicole Mehika (India), Regina Kehrer (Jerman), serta Judith Valencia & Marco (Italia).
Baca Juga:
Polri Pamerkan Lukisan Hasil Karya Difabel di Bandara Soetta
Dengan kurator A.K Patra Suwanda, karya-karya seniman internasional ini hadir bersama karya-karya dari puluhan seniman berbakat Indonesia.
Bersamaan dengan Nuansa Rupa International Contemporary Art Exhibition, digelar pula beberapa rangkaian acara seperti International Art Symposium 'Diversity In Contemporary Art', artist talk dan workshop bertema 'Art and Feminism Spirit, bincang seni 'Fenomena Budaya Kebaya, Dulu, Kini dan Nanti', serta berbagai performance art.
Profesor Rudy sebagai keynote speaker dalam simposium tersebut menjelaskan bila seni adalah ekspresi perasaan pencipta yang dikomunikasikan kepada orang lain, sehingga mereka dapat merasakan apa yang dirasakan para seniman.