"Ya susahnya kalau belum bisa paham, senangnya kalau sudah paham bisa ngasih tahu ke anak-anak yang lain," sambungnya.
Rencananya, setelah bebas dari lapas, Komar ingin melanjutkan usahanya membuka jasa menjahit. "Justru rencananya saya kalau udah keluar dari sini banyak teman-teman di luar, mereka asal kita mendapatkan sertifikat di sini enggak susah kita dapat kerjaan," katanya.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
"Harapannya mungkin supaya bisa menghidupi saya pribadi dan keluarga ya terutama, bisa dibawa keluar," tandasnya.
Sementara itu, Titi Awati selaku instuktur menjahit dari LPK Badami menambahkan, dalam melatih warga binaan dibutuhkan ekstra kehati-hatian.
Dia menggunaan kedekatan emosional dan tidak memandang status mereka.
Baca Juga:
Pj Sekda Dairi Paparkan Potensi Kerawanan Jelang Pilkada
"Secara psikis memiliki terpaan istilahnya, jadi saya ambil hatinya dulu. Setiap pelatihan itu tidak langsung ke materi, saya bangkitkan dulu keinginannya, mimpi-mimpinya, semangatnya, harapannya saya kumpulkan dulu," kata Titi.
"Setelah mereka merasa senang, menyukai dunia pelatihan apapun yang penting hatinya dibuka dulu bahwa anak-anak di sini sama halnya dengan masyarakat umum. Karena bagi saya mereka bukan penjahat tapi manusia biasa saja," tambahnya.
Dalam satu minggu, para warga binaan ini bisa membuat 80 potong baju koko dan gamis.