Cheka menyebutkan, kejadian bencana tanah longsor adalah yang paling sering terjadi selapa 2022, yaitu 83 kejadian. Selain itu, terdapat juga 11 kejadian bencana banjir dan 40 kejadian bencana angin puting beliung.
Dengan meningkatnya potensi cuaca ekstrem, diperlukan kesiapsiagaan yang lebih dalam menghadapi bencana.
Baca Juga:
1 Terduga Teroris Ditangkap Densus 88 di Desa Jayaratu Tasikmalaya
"Kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab kita bersama dalam memberikan rasa aman dan upaya mengurangi resiko bencana pada masyarakat terutama masyarakat yang hidup di daerah rawan bencana," bebernya.
Cheka menambahkan, apel kesiapsiagaan ini juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran dan gotong royong seluruh pihak untuk menghadapi potensi bencana.
Kegiatan itu juga dilakukan untuk sekaligus mengukur kekuatan daerah dalam menghadapi ancaman bencana dengan mengerahkan semua potensi yang dimiliki daerah.
Baca Juga:
Pengembangan Biomassa PLN di Tasikmalaya: Dikelola Masyarakat dan Didukung Pemerintah
"Apel ini diharapkan dapat dijadikan sebagai momentum untuk membangun kolaborasi antara pemerintah daerah, TNI/Polri, dunia usaha, para relawan, dan seluruh elemen masyarakat, dalam upaya mempersiapkan diri dalam menghadapi potensi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Dengan demikian, dampak korban jiwa, korban luka maupun bentuk kerugian lain dapat kita minimalisir," kata dia.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar menambahkan, Pemkot Tasikmalaya juga telah menetapkan status siaga darurat bencana hidrometeorologi sejak 21 November 2022 hingga 30 Mei 2023.
Menurut dia, terdapat tiga hal penting dalam kesiapsiagaan bencana. Tiga hal itu adalah komunikasi, informasi, dan edukasi. "Itu yang sedang digalakkan kepada masyarakat," kata dia.