Selain itu, alat juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas riset terutama yang berkaitan dengan sumber daya air. Salah satunya analisis keseimbangan air tanah di kawasan Jatinangor.
Melalui data tersebut, lanjut Yudhi, peneliti bisa menghitung berapa persen air yang akan meresap di tanah dan berapa persen yang mengalir di permukaan saat hujan tiba. Hitungan matematika ini juga dipengaruhi kondisi tata guna lahan di Jatinangor.
Baca Juga:
Setelah Dua Bulan Tenang, Justin Hubner Kembali Tampil Garang dan Koleksi Kartu
Data yang ditangkap alat ini kemudian masuk ke data logger yang tertanam pada konsol dan dapat dilihat atau diunduh oleh pengguna kapan saja.
"Kalau biasanya alatnya manual, jadi datanya harus dicatat manual. Kalau ini secara otomatis datanya masuk ke konsol dan bisa di-download secara realtime," ungkap Yudhi.
Hasil dari analisis tersebut menjadi menjadi rekomendasi bagaimana upaya yang tepat dalam melakukan konservasi air di Jatinangor.
Baca Juga:
Fenomena Mikroplastik di Air Hujan Jadi Alarm Polusi Lingkungan, Kemenkes dan BRIN Angkat Suara
Bisa mengetahui potensi banjir.
Yudhi menambahkan, upaya ini penting dilakukan mengingat kawasan Jatinangor merupakan kawasan yang tumbuh. Sehingga kebutuhan air tanah akan terus meningkat.
Selain riset di bidang sumber daya air, data dari stasiun cuaca otomatis ini juga bisa digunakan untuk mengetahui potensi banjir berdasarkan data intensitas curah hujan.