Ia menyebut perlunya masterplan terpadu yang menekankan differentiated advantage tiap wilayah agar kawasan tidak tumbuh tumpang tindih.
“Cirebon, dengan keunggulan wisata dan jasa, seharusnya tidak meniru Sumedang atau Majalengka yang fokus ke industri. Tapi menjadi hub budaya dan meeting point regional yang mengintegrasikan arus wisatawan dengan arus barang dan jasa,” tegasnya.
Baca Juga:
Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila, Ono Surono Tegaskan Kader PDI-Perjuangan Tanggap Bencana
Ia juga mengingatkan bahwa investasi besar pemerintah pusat dan provinsi di Rebana tidak akan optimal jika tidak dibarengi dengan pembenahan regulasi dan peran aktif pemerintah daerah untuk memangkas birokrasi serta menyediakan jaminan kepastian usaha bagi investor.
“Kita butuh iklim yang sehat, cepat, dan bebas hambatan. Kunci Rebana bukan hanya di pabrik atau pelabuhan, tapi pada bagaimana pemerintah daerah bisa merawat kepercayaan investor dan menjaga harmoni sosial budaya setempat,” tandasnya.
Sebelumnya, Sekretaris DPMPTSP Kota Cirebon, Icip Suryadi, menyebutkan bahwa empat kawasan unggulan yang dimaksud meliputi Kesenden, Kejawanan, Pelabuhan, dan Argasunya.
Baca Juga:
Kasus Longsor Galian C Gunung Kuda, 2 Orang Jadi Tersangka
Masing-masing dirancang untuk fungsi yang berbeda, dari wisata pantai, pusat kuliner, pelabuhan multiperan, hingga agrowisata dan jalur offroad.
Namun Icip mengakui, sebagian besar kawasan tersebut masih membutuhkan studi kelayakan dan penguatan infrastruktur sebelum bisa menarik investasi.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Pengelola Rebana, Bernardus Djonoputro, menyatakan bahwa setiap daerah di Rebana memang memiliki karakteristik berbeda.