Jabar.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyampaikan apresiasi terhadap langkah strategis Pemerintah Kota Cirebon dalam menyiapkan empat kawasan unggulan untuk mendukung percepatan realisasi Kawasan Metropolitan Rebana.
Menurut mereka, penguatan sektor wisata dan jasa di Cirebon merupakan langkah cerdas dan realistis di tengah minimnya potensi kawasan industri di kota tersebut.
Baca Juga:
Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila, Ono Surono Tegaskan Kader PDI-Perjuangan Tanggap Bencana
Ketua Umum DPP MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa positioning Kota Cirebon dalam Rebana idealnya tidak dipaksakan ke sektor manufaktur, melainkan dimaksimalkan melalui pendekatan ekonomi berbasis budaya, sejarah, dan pariwisata.
“Cirebon adalah simpul historis yang punya nilai budaya tinggi, dari keratonnya hingga kekayaan kuliner dan tradisinya. Ini aset lunak yang bisa dikapitalisasi jadi kekuatan ekonomi baru. Dalam peta Rebana, Cirebon seharusnya jadi pintu masuk wisata budaya dan pusat logistik jasa yang mendukung kawasan industri sekitarnya,” ujar Tohom, Selasa (3/6/2025).
Menurutnya, langkah pemerintah Kota Cirebon menghidupkan kembali kawasan Kesenden, Kejawanan, Pelabuhan, dan Argasunya harus disertai pemetaan serius berbasis studi kelayakan dan analisis sosial-ekonomi.
Baca Juga:
Kasus Longsor Galian C Gunung Kuda, 2 Orang Jadi Tersangka
Terlebih, menurut dia, transformasi kawasan wisata tidak cukup hanya dengan niat, tapi harus ditopang ekosistem pendukung seperti infrastruktur, promosi terpadu, dan kemudahan akses transportasi.
“Kalau tidak disiapkan matang, akan muncul proyek-proyek setengah jadi yang justru menyia-nyiakan potensi. Oleh karena itu, kolaborasi dengan otoritas pelabuhan, investor swasta, dan pemerintah pusat mutlak dilakukan. Di sinilah pentingnya leadership yang mampu menjahit kerja sama lintas sektor,” imbuh Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch, lembaga pemantau pembangunan kawasan metropolitan dan aglomerasi ekonomi nasional, menambahkan bahwa strategi pembangunan Rebana Metropolitan tidak bisa dijalankan secara parsial antar daerah.
Ia menyebut perlunya masterplan terpadu yang menekankan differentiated advantage tiap wilayah agar kawasan tidak tumbuh tumpang tindih.
“Cirebon, dengan keunggulan wisata dan jasa, seharusnya tidak meniru Sumedang atau Majalengka yang fokus ke industri. Tapi menjadi hub budaya dan meeting point regional yang mengintegrasikan arus wisatawan dengan arus barang dan jasa,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan bahwa investasi besar pemerintah pusat dan provinsi di Rebana tidak akan optimal jika tidak dibarengi dengan pembenahan regulasi dan peran aktif pemerintah daerah untuk memangkas birokrasi serta menyediakan jaminan kepastian usaha bagi investor.
“Kita butuh iklim yang sehat, cepat, dan bebas hambatan. Kunci Rebana bukan hanya di pabrik atau pelabuhan, tapi pada bagaimana pemerintah daerah bisa merawat kepercayaan investor dan menjaga harmoni sosial budaya setempat,” tandasnya.
Sebelumnya, Sekretaris DPMPTSP Kota Cirebon, Icip Suryadi, menyebutkan bahwa empat kawasan unggulan yang dimaksud meliputi Kesenden, Kejawanan, Pelabuhan, dan Argasunya.
Masing-masing dirancang untuk fungsi yang berbeda, dari wisata pantai, pusat kuliner, pelabuhan multiperan, hingga agrowisata dan jalur offroad.
Namun Icip mengakui, sebagian besar kawasan tersebut masih membutuhkan studi kelayakan dan penguatan infrastruktur sebelum bisa menarik investasi.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Pengelola Rebana, Bernardus Djonoputro, menyatakan bahwa setiap daerah di Rebana memang memiliki karakteristik berbeda.
Cirebon dan Kuningan disebut unggul di sektor pariwisata dan budaya, sementara Subang, Sumedang, dan Majalengka unggul di sektor industri.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]