WahanaNews-Jabar | Nurul Setyorini, pegawai di bagian Keuangan dan Umum PLN Cianjur, sedang mengikuti rapat di lantai 2 kantornya pada Senin siang, 21 November 2022. Ia sedang fokus dengan materi dalam rapat tersebut ketika dinding dalam ruangan serta seluruh benda di dalamnya berguncang keras.
Nurul dan pegawai lainnya bergegas turun dan berkumpul di halaman. Ia melihat dinding kantor rusak parah. Gempa itu bahkan berulang sehingga situasi semakin mencekam. Telepon genggamnya ramai, berbagai pesan dan panggilan masuk, mencari tahu kondisi dirinya dan PLN Cianjur.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Sambil menjawab pesan-pesan itu, ibu satu anak ini segera menghubungi rumah untuk memastikan keadaan si kecil yang berusia 3 tahun.
“Alhamdulillah, anak saya selamat meski rumah rusak, plafon kamar belakang ambruk. Malam itu saya tidak pulang, tetap di kantor mendukung rekan-rekan teknik yang mulai melakukan pemulihan suplai listrik," ujarnya.
Bersama rekan PLN lain, Nurul menginap di kantor. Ia tidur di pos satpam, salah satu ruang yang dirasa aman dari dampak gempa.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Tantangan mulai terasa saat malam, Nurul dan insan PLN lainnya harus menyediakan makanan bagi ratusan petugas PLN di lapangan. Belum pulihnya kota Cianjur, membuatnya harus memutar otak. Beruntung, dukungan dari unit PLN sekitar datang.
“Saya berkoordinasi dengan PLN sekitar Cianjur. Malam itu kami mendapat dukungan personil dan suplai makanan dari PLN Cimahi. Selanjutnya, PLN Sukabumi, Gunung Putri, Bogor, Karawang dan Bandung bergantian membantu penyediaan makanan bagi petugas,” ucap Nurul berkisah.
Nurul tidak sendiri. Dampak gempa juga dirasakan Hendi Maulana. Pria yang telah 18 tahun bekerja di PLN ini tengah melakukan peninjauan lapangan di daerah RSUD ketika gempa terjadi.
Hendi becerita, ia bersama anggota tim PDKB (Pekerjaan Dalam Kondisi Bertegangan) lainnya sedang melakukan pekerjaan pengamanan jumper ketika gempat terjadi. Beruntung, tak satupun rekan menjadi korban. "Alhamdulilah, personel sudah turun dari tiang saat gempa," katanya.
Setelah memastikan pekerjaannya selesai, Hendi pulang dan bertemu anggota keluarga. Ia melihat tembok rumahnya bergeser dan atap bangunan rusak. "Sore itu, saya bersama tetangga langsung membangun pengungsian sementara. Keluarga sementara tinggal di Bandung, hanya saya dan anak pertama yang tetap di Cianjur,” ucap Hendi.
Setelah memastikan keluarga aman, pria 39 tahun ini langsung bergabung kembali dengan tim PLN untuk pemulihan kelistrikan. Hendi tahu betul, kontribusinya sangat dinantikan oleh pelanggan PLN.
“Saya ikut serta dalam penormalan listrik mengingat besarnya dampak gempa terhadap jaringan. Saya jarang melihat keadaan rumah karena fokus melakukan perbaikan tiang rubuh terdampak gempa. Biasanya, saya menelpon anak untuk memastikan kondisinya dan rumah baik. Selama seminggu ini saya siaga di kantor,” tutur Hendi.
Bencana alam ini memang meninggalkan duka dan kesedihan bagi seluruh korban. Untuk itu, insan PLN tahu betul, keberadaan pasokan listrik akan membantu meringankan beban. Memulihkan infrastruktur kelistrikan yang terdampak tidak mudah, tetapi dengan usaha bersama semua jadi terasa lebih ringan.
Kerja sama dan upaya keras petugas berbuah manis. 100 persen sistem kelistrikan yang terdampak gempa berhasil pulih pada Selasa, 22 November 2022, pukul 23.05 WIB. Akhirnya, pasokan listrik untuk 326.028 pelanggan kembali normal dalam waktu kurang dari 36 jam.[ss]