Pada elektabilitas caleg antar partai pun, Dedi dengan 23,7% mampu mengungguli caleg-caleg dari partai lain. Sebut saja, Puteri Komarudin (Golkar) 3,0%, Rieke Diah Pitaloka (PDIP) 2,5%, Saan Mustofa (Nasdem) 2,5% dan yang lainnya dibawah 2%. Termasuk, PKB yang potensial akan kehilangan kursi.
Namun begitu, Toto mengingatkan, ada sejumlah faktor yang harus diwaspadai berdasarkan data survei tersebut. Pertama, terdapat data sekitar 60,7% publik yang mengaku sangat wajar dan cukup wajar terhadap money politic. Dan ada sekitar 75,8% publik yang menganggap money politic itu dapat mempengaruhi pilihan.
Baca Juga:
Bukit Pamoroan, Wilayah Selatan Majalengka yang Suguhkan Panorama Negeri di Atas Awan
"Data seperti itu biasanya akan menjadi good news buat calon yang berkapital besar, jika memanfaatkannya dengan program bagi-bagi uang. Dan menjadi bad news buat calon yang amunisinya pas-pasan. Meskipun, praktik politik seperti itu tentu sangat buruk buat kepentingan menjaga kesehatan demokrasi kita," paparnya.
Sementara itu, lanjutnya, survei juga memotret elektabilitas seluruh paslon presiden dan wakil presiden di dapil itu. Dari data kurang lebih per H-15 ini, Prabowo melesat unggul meninggalkan jauh elektabilitas paslon lain, yaitu Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud.
Adapun untuk pasangan Prabowo-Gibran unggul dengan 64,8%, Anies – Muhaimin (19,0%) dan Ganjar- Mahfud (7,8%). Dari sejumlah survei Dapil yang dilakukan LSI Denny JA, elektabilitas Paslon 02 ini memang tertinggi di seluruh Jawa Barat. Faktornya, bisa jadi karena Jabar sudah lama menjadi lumbung suara partai Gerindra dan Capres Prabowo tertinggi sejak 2019.
Baca Juga:
Ojol di Cirebon Minta Gubernur Jabar Bentuk Perda Kesejahteraan Driver, Ini Alasannya
"Posisi elektabilitas Paslon 02 yang unggul itu bisa jadi karena faktor saling sumbang antara kekuatan personal Prabowo dan pesona Dedi Mulyadi. Pada bagian tertentu Prabowo menyumbang elektabilitas Dedi, dan pada bagian tertentu Dedi ikut mendongkrak elektabilitas Prabowo," pungkasnya.
[Redaktur: Mega Puspita]