WahanaNews-Majalengka | Meski berlatar belakang dari keluarga yang terbilang pas-pasan, tak membuat seseorang miskin prestasi.
Seperti yang dialami Ela Nurfadilah, gadis berusia 20 tahun asal Desa Gandawesi, Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Ia berhasil menorehkan sejumlah prestasi tingkat nasional dari hasil karya sastranya.
Baca Juga:
Mahasiswa UNG Gelar Pelatihan Analisis Puisi dan Drama untuk SMA
Gadis berparas cantik itu sejatinya berasal dari keluarga kurang mampu.
Ayahanda Ela hanya berprofesi sebagai tukang pencetak bata yang bekerja di salah satu pabrik.
Sementara, ibundanya hanya seorang pedagang makanan ringan di depan rumahnya.
Baca Juga:
Kejati Jabar Terus Perdalam Dugaan KKN di Pasar Sindangkasih Majalengka, Agus Satria: Apresiasi Untuk Kejati
Ditemui di rumahnya di Blok Gandamekar RT 3/1, Desa Gandawesi, Ela menceritakan awal ia berhasil menorehkan prestasi lewat karya sastra, seperti puisi, novel, cerpen di tingkat nasional.
Saat itu, ia mengetahui sejumlah perlombaan karya sastra dari media sosial.
Hanya bermodal belajar menulis secara otodidak, Ela pun mengikuti sejumlah perlombaan tersebut.
"Saya sudah beberapa kali ikut perlombaan, baik karya sastra puisi, cerpen, novel itu tingkat nasional ya. Ada event Maharani, event Malven, WT publishing, antologi dari ND media publishing."
"Yang terakhir saya ikut lomba dalam rangka Hari Kartini. Saya buat judul 'Habis Gelap Terbitlah Terang' dan alhamdulillah juara juga," ujar Ela, Minggu (10/7/2022).
Anak kedua dari pasangan Ade Sumarja (48) dan Nurhidayah (45) menceritakan, kesukaannya pada karya sastra berawal saat berada di bangku jenjang SMP. Dimana, ia mulai belajar menulis meski baru tahap puisi.
"Dari SMP awal-awal suka nulis, tapi cuma nulis puisi," ucapnya.
Selain itu, ia juga kerap mengikuti sejumlah seminar dan mempelajari sendiri dari ilmu yang telah diikutinya.
Ia juga pun mengaku, terinspirasi banyak dari hasil karya penulis ternama, Tere Liye.
"Terinspirasi dari awal saya juga suka baca-baca. Terus termotivasi juga kayak penulis Tere Liye. Sering ikut seminar-seminar juga, terus udah itu saya ikut lomba menulis. Awal-awal sih sering dikritik karena baru terjun juga," jelas dia.
Kendati menorehkan prestasi tingkat nasional, Ela pernah mengalami masa-masa sulit.
Selepas lulus di jenjang SMP, ia tak langsung melanjutkan sekolahnya ke lebih tinggi. Keterbatasan biaya menjadi salah satu faktornya.
"Aku putus sekolah sejak kelas 3 SMP, terus aku dari situ kerja di rest area. Nah ada berkahnya juga, waktu saya putuskan bekerja, saya jadi lebih intens suka belajar menulis," katanya.
Ela mengatakan, jika ia berhenti sekolah karena mengalah untuk kepentingan pendidikan kakak dan adiknya.
Namun motivasi belajar Ela tak terhenti. Selepas tiga tahun berhenti, ia melanjutkan pendidikannya melalui kesetaraan hingga lulus.
Adapun, ia menamatkan pendidikannya Paket C Setara SMA-nya di PKBM Al-Ikhlas tahun ajaran 2022 ini.
"Ya alhamdulillah meski hanya Paket C, saya berhasil lulus tahun ini. Saya bertekad akan terus melanjutkan membuat karya sastra seperti yang sudah-sudah, karena saya pengen menjadi penulis profesional."
"Tapi untuk saat ini, saya putuskan untuk bekerja di luar negeri terlebih dahulu, karena untuk membantu orang tua dan insya Allah akan terbang ke Malaysia beberapa hari ke depan," ujarnya. [tsy]