Salah satu komponen pasukan Siliwangi yang menumpas DI/TII itu adalah Resimen Pelopor Sukapura. Pasukan ini yang ikut bergerilya di pegunungan Priangan Timur untuk menumpas pemberontak.
"Resimen ini dipimpin oleh KS Tubun dan Yus Rusady Wirahaditenaya Komandan Batalyon 33 Pelopor Resimen Sukapura Divisi III Siliwangi. Resimen pelopor ini yang kemudian menjadi cikal bakal Brimob Polri," kata Anton.
Baca Juga:
2 Pelaku Sindikat Judi Online Asal Kamboja Diringkus Polda Jabar
Warna hitam Maung Lodaya juga menjadi alat kamuflase saat beraksi. "Warna hitam itu, aya na di euweuh, euweuh na di aya (ada seperti tiada, tiada padahal ada)," kata Anton.Lambang Maung Lodaya jadi spirit Resimen Pelopor saat bertugas. Karakter Maung Lodaya memiliki kecepatan dalam memburu mangsanya. "Kemana pun akan dikejar, naik pohon dikejar, masuk air dikejar. Jadi Maung Lodaya ini jadi pemburu paling ganas," kata Anton.
Maung Lodaya Bersanding dengan Maung Siliwangi TNI
Berangkat dari filosofi dan sejarah itulah pada akhirnya Maung Lodaya menjadi simbol polisi di Jawa Barat, bersanding dengan Maung Siliwangi yang menjadi simbol tentara di Jawa Barat.
Baca Juga:
Kasus Kematian Vina-Eki Cirebon: Komnas HAM Rekomendasi Polri Evaluasi Polda Jabar-Polres
"Jadi TNI dan Polri di Jawa Barat itu tidak bisa dipisahkan, karena lahir dari sejarah yang sama. Maung Lodaya dan Maung Siliwangi selamanya akan berdampingan karena dua nama satu jiwa," kata Anton.
Selain itu lambang Kujang yang melengkapi simbol Maung Lodaya dan Maung Siliwangi, menurut Anton bukan sembarang simbol. "Kujang itu bermakna kukuh kana jangji (teguh erat memegang janji). Jadi seorang polisi itu harus setia pada Tri Brata," kata Anton.
Polda Jawa Barat sendiri merupakan satu-satunya institusi polisi yang memiliki simbol macan kumbang atau Maung Lodaya di Indonesia. Sehingga tak heran jika ketika simbolnya dilecehkan polisi di Jawa Barat bereaksi keras.