Dia mengatakan, gugurnya Prabu Lingga Buana itu, menuai simpati dan penghargaan dari raja-raja di Nusantara, sehingga dijuluki Prabu Wangi.
"Dia dijuluki Prabu Wangi karena gugur saat mempertahankan harga diri dan kehormatan di medan laga. Julukan itu diberikan oleh raja-raja di Nusantara seperti Sriwijaya, Kutai dan lainnya," kata Anton.
Baca Juga:
2 Pelaku Sindikat Judi Online Asal Kamboja Diringkus Polda Jabar
Meski pun gugur di Perang Bubat, namun Anton mengatakan pasukan Prabu Lingga Buana yang hanya terdiri satu pleton atau sekitar 60 orang, bisa membunuh sekitar 2.000 pasukan Majapahit.
Itu karena mereka merupakan pasukan khusus Pajajaran yang disebut pasukan Bela Mati.
"Hebat luar biasa. Pasukan Bela Mati Pajajaran berjumlah kurang dari 70 orang tapi bisa membunuh 2.000 orang. Keterangan itu ada di di pupuh Sundayana," kata Anton.
Baca Juga:
Kasus Kematian Vina-Eki Cirebon: Komnas HAM Rekomendasi Polri Evaluasi Polda Jabar-Polres
Kaitan dengan Prabu Siliwangi yang disimbolkan sebagai maung atau harimau belang, Anton menjelaskan keduanya merupakan sosok yang sama.
"Langlang Buana maung hideung dan Siliwangi maung belang, itu adalah dua nama satu jiwa. Eta-eta keneh. Makanya TNI dan Polri di Jawa Barat itu tidak boleh pecah karena keduanya merupakan satu kesatuan," kata Anton.
Anton juga menjelaskan sejarah lambang Maung Lodaya pasca kemerdekaan. Sejarah atau filosofinya bermula dari upaya penumpasan pemberontakan DI/TII di Jawa Barat.