Adi menjelaskan, dalam film pendek yang dibuatnya itu lebih menceritakan kebudayaan dan tradisi masyarakat di wilayah ini yang sejak dulu terkenal dengan nama Kampung Tani.
Namun, lebih dari itu dalam tayangan film yang diproduksinya ini juga menampilkan sisi edukasinya, khususnya bagi anak-anak.
Baca Juga:
Psikolog Ungkap Penyebab Suami Tak Mau Bekerja, Nomor 3 Mengejutkan
"Dokumentari kebudayaan ini kita beri judul 'Hambur', kita kemas menjadi sinetron berdurasi 24 menit," jelas dia.
Pemberian judul tersebut bukan tanpa alasan. Ini kata dia, bagian dari edukasi bagi masyarakat. Supaya masyarakat tidak lagi seenaknya membuang atau menghamburkan nasi.
"Jadi, kita ceritakan bagaimana nasi itu diproses, dari mulai tanam, panen hingga menjadi beras. Sebegitu panjangnya proses yang dilakukan para petani. Sehingga sangat tak elok jika kita masih membuang-buang nasi. Itu pesannya," jelas dia.
Baca Juga:
IKN Diserbu Wisatawan Saat Lebaran, Benarkah Lebih Cocok Jadi Destinasi Wisata?
Adi menambahkan, film dokumentari ini rencananya akan ditayangkan setelah lebaran.
Dia berharap, dengan adanya tayangan ini, masyarakat bisa lebih mencintai tradisi dan kebudayaan Indonesia.
Lebih dari itu, kebiasaan 'Hambur' nasi tak lagi terjadi.