Adapun yang masih relatif aman hanya beras. "Beberapa komoditas penting masih tinggi, seperti minyak goreng curah. Minyak goreng kemasan bahkan tembus Rp25 ribu per kg," ujarnya, Rabu (23/3).
Abdullah memproyeksikan harga pangan bakal terus melambung jika pemerintah tak mampu mengamankan stok. Harga pangan yang paling rentan naik, antara lain minyak goreng, cabai, bawang merah dan bawang putih.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Kalau dalam minggu depan enggak aman (stok) ya akan jadi masalah kalau produksi enggak segera melimpah di pasar, macet," imbuhnya.
Senada, Pengamat Indef Rusli Abdullah juga melihat kenaikan harga pangan di pasar tradisional. Gambaran kenaikan ia dapat dari data olahan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) dengan perbandingan 1 Maret dengan 22 Maret 2022.
Di luar minyak goreng yang bergejolak, ia merangkum kenaikan terbesar terjadi pada cabai. Misalnya, cabai merah keriting naik 13,1 persen dari Rp47.300 per kg menjadi Rp53.500 per kg. Sedangkan, cabai merah besar naik 15,5 persen atau dari Rp46.850 per kg jadi Rp54.100 per kg.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Kemudian daging ayam ras naik 3,9 persen dari Rp35.050 per kg menjadi Rp36.400 per kg. Telur naik 2,6 persen dari Rp24.600 per kg menjadi Rp25.250 per kg. Daging sapi pun merangkak naik 4,6 persen dari Rp125.750 per kg menjadi Rp131.550 per kg.
Sementara, bawang merah naik 1,8 persen dari Rp35.400 per kg menjadi Rp36.050 per kg dan bawang putih melonjak 6,8 persen dari Rp30.200 per kg menjadi Rp32.250 per kg.
Selain karena faktor psikologis menjelang Ramadan, Rusli menyebutkan kenaikan bahan pangan disebabkan alasan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk cabai dikarenakan faktor cuaca di mana hujan dan badai yang mengganggu hasil panen.