WahanaNews-Depok | Uraa alias hore (Bahasa Rusia). Hidup normal, tanpa jarak, tidak pakai masker tinggal menunggu waktu saja di Indonesia, tak terkecuali di Kota Depok. Dari Pandemi Covid-19 ke fase Endemi mulai digerakan pemerintah. Setelah meniadakan tes antigen dan PCR diperjalanan domestik darat, laut dan udara. kamis (10/3), Commuter Line membebaskan duduk tanpa jarak dan balita sudah dibolehkan masuk.
Wakil Walikota Depok, Imam Budi Hartono mengaku, Kota Depok siap jika sudah masuk fase endemi. Bila sudah endemi juga masyarakat tetap tidak boleh abai dengan protokol kesehatan (Prokes). Tak hanya itu, tetap wajib vaksinasi sudah dua kali dan booster. Masyarakat juga tetap menggunakan masker, olahraga, makanan sehat, pola hidup sehat dan jangan makan gorengan terlalu banyak. “Kota Depok saat ini sudah siap memasuki perubahan tatanan baru dari pandemi menjadi endemi,”
Baca Juga:
Pebalap Depok Bikin Merah Mutih Berkibar di Mandalika
Menurutnya, bila dilihat berdasarkan data-data yang menunjukkan pandemi sudah semakin terkendali, grafik kasus Covid-19 menurun. Vaksinasi di Kota Depok juga salah satu yang terbaik di Indonesia. Dengan begitu, masyarakat Kota Depok punya banyak alasan untuk optimis keluar dari masa-masa sulit pandemi sekarang ini. “Masyarakat Depok harus tetap optimis dimasa pandemi,”
Kepala Divisi Penanganan Satgas Covid-19 Kota Depok, Sri Utomo menyebut, hingga 8 Maret 2022 capaian vaksinasi dosis satu sudah 1.399.961 jiwa (86,75%), dosis dua 1.212.326 jiwa (75,13%) dan dosis tiga (Booster) sudah 111.884 jiwa (6,94%). Target sasaran vaksin 1.613.557 jiwa. “Jika dilihat dari data, Depok sudah memenuhi cakupan dosis vaksin menuju herd immunity,”
Dari perkembangan kasus Covid-19. Terjadi kenaikan yang signifikan pada kasus sembuh pada 8 Maret 2022. Pasien sembuh terdapat sebanyak 11.201 orang. Dengan demikian, totalnya menjadi 145.326 orang atau 92,15 persen.
Baca Juga:
Lebih Dekat dengan Lurah Pancoranmas, Mohammad Soleh: Dari Gowes, Sambangi Warga Bantaran Kali
Sementara kasus konfirmasi positif bertambah 501 kasus. Sehingga totalnya ada 157.707 kasus. Sedangkan, kasus konfirmasi aktif turun 10.703 orang dari hari sebelumnya. Lalu, suspek aktif naik 3 kasus, kontak erat aktif bertambah 19 menjadi 445 kasus, serta pasien probabel aktif, 0 kasus atau tidak ada. Kemudian, pasien meninggal bertambah 2 kasus. Dengan demikian total keseluruhan menjadi 2.215 orang.
Menimpali hal ini, Pakar Epidomiologi Fakulras Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Tri Yunis Miko Wahyono menilai, kebijakan yang secara bertahap dari pandemi Covid-19 menuju endemi dinilai salah besar. Hal ini karena kedisplinan masyarakat belum berjalan dengan baik, sehingga menjadi ancaman kasus bagi yang akan melonjak tinggi.
“Jadi kalau saya lihat ini salah besar ya. Yang ada, nanti akan terjadi pelonjakan kasus,”