“Dibutuhkan sekitar 4,1 juta per tahun biomassa untuk kebutuhan co firing di 52 lokasi pembangkit listrik PLN,” katanya.
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Profesor Budi Leksono mengatakan tanaman yang juga potensial dikembangkan sebagai bioenergi sekaligus merehabilitasi gambut adalah nyamplung (Calophyllum inophyllum).
Baca Juga:
Waspada Banjir, Ini Tips Amankan Listrik saat Air Masuk Rumah
“Produktivitas tanaman nyamplung sangat tinggi mencapai 20 ton per ha per tahun dengan rendemen minyak bisa mencapai 60 persen dari berat biji kering,” katanya.
Nyamplung juga punya keunggulan karena minyak yang dihasilkan tidak bersaing untuk kebutuhan pangan seperti halnya pada minyak sawit.
Peneliti CIFOR, Mi Hyun sol mengingatkan pentingnya menjaga dan merestorasi gambut karena memiliki peran penting dalam kehidupan, seperti sumber air, pangan, tempat berbagai keanekaragaman hayati, dan membantu mengendalikan perubahan iklim.
Baca Juga:
Hasilkan Bioenergi Tinggi, Tanaman Sawit Paling Hemat Air
Peneliti CIFOR lainnya, Himlal Barar mengatakan pentingnya untuk terus mempraktikan pengelolaan gambut secara lestari. Proyek ujicoba budidaya adaptif di lahan gambut yang saat ini dilakukan perlu untuk diperluas skala pelaksanaannya.
Sementara peneliti dari Sekretariat Asian Forest Cooperation Organization (AFoCO) Sung Ho Choi mengatakan kerja sama antara Negara pemilik hutan perlu terus diperkuat untuk perlindungan dan pengelolaan gambut.[gab]