Menurut dokter yang sehari-hari praktek mandiri ini, para pengungsi membutuhkan tenda yang layak untuk ditempati. Utamanya bagi para lansia dan anak balita. Suplai obat-obatan juga terus diperlukan untuk mendukung kelancaran pengobatan.
Di tengah situasi yang serba terbatas, ada kebahagiaan tersendiri saat berhasil memberikan penanganan yang terbaik.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
”Pekan lalu kami kedatangan pasien lansia usia 86 tahun. Saat dibawa ke posko, keluarga menyampaikan pasien tersebut sudah 3 hari mengalami sesak nafas berat di pengungsian. Alhamdulilah, kondisi membaik setelah kami lakukan tindakan urgent nebu dan pemberian oksigen,” pungkasnya.
Mia Sumiati, salah satu penyintas gempa yang menderita pusing dan sakit lambung mengungkapkan terima kasihnya atas pelayanan posko Kesehatan YBM PLN.
“Sakit saya sudah ditangani tim dokter dengan baik. Anak-anak dan suami juga sudah diperiksa. Malam hari setelah gempa, dokter dari YBM sudah datang dan sigap. Alhamdulillah, sangat membantu sekali,” ucapnya.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Posko kesehatan YBM PLN masih akan terus melayani para pengungsi sampai bulan Desember 2022. Untuk menjangkau penyintas gempa di daerah paling terdampak, mulai 1 Desember posko akan beroperasi di wilayah Cugenang.
Untuk diketahui Gempa 5,6 Skala Richter (SR) yang terjadi di Cianjur (21/11) menyebabkan beberapa keluarga terpaksa tinggal di posko karena rumahnya rusak bahkan hancur.
Fasilitas yang sangat terbatas, kondisi lingkungan dan cuaca yang mudah berubah tak jarang membuat para pengungsi mengalami masalah kesehatan. [ss]