Cerita Sarabba Kakek Agung karya S. Gegge Mappangewa juga menarik untuk disimak. Gegge yang selama ini banyak menulis cerita anak dan remaja memasukkan unsur lokalitas dalam cerpennya. Gegge menceritakan tentang kegundahan seorang kakek yang tinggal sebatang kara di dalam kebun miliknya.
Banyak orang mengira bahwa kakek Agung jahat karena suka mengejar anak-anak di kampung. Padahal, kakek Agung hanya kangen pada anaknya yang dulu ikut pamannya ke Surabaya, karena dia tidak mampu membiayai pendidikan anaknya. Kakek Agung mengira anaknya sudah meninggal. Karena itu, dia selalu suka mengejar anak-anak kecil di sekitarnya dan memberi mereka Sarabba, minuman tradisional berisi campuran jahe dan gula jawa racikan kakek Agung (hlm. 109).
Baca Juga:
Edy Rahmayadi Kampanye Akbar di Labura: Fokus pada Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Cerita lain yang juga memasukkan unsur lokal berupa makanan tradisional dikisahkan Zurnila Emhar Ch dalam cerpen Palai Bada untuk Ayah. Cerita bermula dari kecemburuan Izza pada kakaknya yang selalu dipuji oleh ayah. Kakaknya yang juara kelas kerap mendapat sanjungan—yang menurutnya—terlalu berlebihan sehingga membuat dia cemburu.
Izza mengadu pada ibu kalau ayah selama ini hanya memuji kakaknya. Sementara ia tak pernah dipuji. Ibu berusaha meyakinkan Izza kalau dia juga bisa membuat ayah bangga dengan prestasi dan kreativitasnya. Karena sering membantu ibu di dapur, Izza tahu makanan apa yang kerap disajikan untuk keluarga.
Izza berinisitif untuk membuat Palai Bada (semacam pepes berisi ikan teri) seperti yang dibuat nenek saat mereka pulang kampung lebaran kemarin. Ibu setuju dan ayah pasti suka dengan masakan tersebut.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Madiun Resmikan Sekolah Terintegrasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan
Benar kata ibu. Ayah ternyata memuji kemampuan Izza memasak Palai Bada. Izza jadi ingat kata-kata ibu, “Orang yang tidak juara kelas bukan berarti bodoh. Mungkin mereka akan juara di bidang lainnya.” (hlm. 74).
Buku setebal 144 halaman ini berisi 11 cerpen dengan berbagai tema menarik. Selain cerita-cerita di atas, masih banyak cerita lain yang mampu menggugah semangat dan menginspirasi pembaca. Seperti tentang bakti pada orangtua yang lazim dilakukan oleh seorang anak (Gara-Gara Kemarau), persahabatan antarteman di sekolah yang tak seharusnya menjadi renggang oleh permasalahan sepele (Seruit Persahabatan), bagaimana menghargai karya dan kreativitas teman (Pembatas Buku Gratis), tentang ikatan kasih sayang antara adik dan kakak (Nada yang Tak Biasa), dan cerita-cerita lainnya.
Buku kumpulan cerita ini ditulis oleh sejumlah penulis dengan latar belakang yang bermacam-macam. Dosen, pendidik, guru lest, ibu rumah tangga, bahkan ada yang masih duduk di bangku SMA.