Adapun saat ini, PLN terus menggenjot penggunaan serta pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT). RUPTL (Rencana usaha Penyediaan Tenaga Listrik) 2021-2030 yang telah disusun bersama Pemerintah menjadi yang terhijau sepanjang sejarah, di mana 51 persen pembangunan pembangkit akan menggunakan EBT yang ramah lingkungan.
Pembangunan PLTS Apung Cirata serta PLTA Jatigede akan meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. Saat ini, progress konstruksi proyek PLTS Apung Terbesar sudah mencapai 61,95 persen.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
PLTS ini akan memiliki kapasitas sebesar 145 Mega-Watt, Alternating Current (MWac) dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara.
Sedangkan, PLTA Jatigede akan memiliki kapasitas sebesar 2x55 Mega Watt (MW) dan saat ini telah mencapai progress pembangunan hingga 94 persen.
Kedua proyek tersebut pun ditargetkan dapat rampung dan mulai beroperasi di akhir tahun ini.
Baca Juga:
PLN Icon Plus Hadirkan ICONNEXT, Pameran Futuristik Terbesar di Indonesia
“Melalui transformasi serta sejumlah program PLN untuk menuju Green Economic, kami optimis NZE pada 2060 bisa tercapai," lanjut Djarot.
PLN terus melakukan banyak upaya dalam dekarbonisasi. Pengembangan pembangkit EBT hingga 51,6 persen dari total penambahan pembangkit sesuai RUPTL 2021-2030, melakukan co-firing atau pencampuran batu bara dengan biomassa pada PLTU, dedieselisasi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) hingga uji coba perdagangan karbon pertama di 26 pembangkit listrik PLN menjadi beberapa upaya PLN untuk menurunkan emisi karbon serta mempersiapkan diri terhadap perubahan iklim dunia.
"Langkah-langkah ini dilakukan PLN untuk bisa mengurangi emisi dari sektor pembangkitan, serta menjadi komitmen PLN dalam transisi energi yang jauh lebih hijau untuk memastikan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang," pungkas Djarot.[mga]