Menurutnya, dengan dibukanya rute tersebut, maka BIJB dapat segera menarik minat maskapai besar untuk menjadikan Kertajati sebagai basis operasional.
“Kendala terbesar BIJB selama ini adalah faktor teknis logistik dan kru yang sulit menjangkau lokasi. Jika Halim dan kota-kota sekitarnya terhubung secara reguler ke Kertajati, maka daya tarik bandara ini akan melonjak. Ini akan menciptakan siklus aglomerasi yang nyata,” jelasnya.
Baca Juga:
Dukung Percepatan Pembangunan Kawasan Metropolitan Rebana, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Rencana Kemenhub Siapkan Bandara Kertajati Khusus Embarkasi Haji dan Umrah
Tohom juga menilai pendekatan Gubernur yang bersikap adil antara Bandara Husein Sastranegara di Bandung dan Kertajati di Majalengka sebagai langkah dewasa dalam mengelola infrastruktur udara.
Ia menolak narasi kompetisi antarbandara yang justru menghambat sinergi pembangunan.
“Bandung dan Majalengka bukan saingan. Mereka adalah simpul dari satu jaringan besar ekonomi Jawa Barat. Jika dikelola paralel dan saling mengisi, dampaknya akan luar biasa bagi investasi dan mobilitas penduduk,” tegasnya.
Baca Juga:
Dukung 'Detikcom Regional Summit', MARTABAT Prabowo-Gibran: Rebana Butuh Pemerataan Investasi dan SDM
Sebelumnya, Gubernur Dedi Mulyadi menyatakan bahwa lima rute domestik akan mulai dijalankan bersama Susi Air, sebagai tahap awal sebelum BIJB digunakan secara penuh untuk penerbangan haji dan umrah.
Ia menyebut bahwa pembangunan asrama haji juga tengah dikaji, dengan dua opsi lokasi, baik di Islamic Centre Indramayu atau langsung di kawasan bandara dengan estimasi anggaran hingga Rp300 miliar.
Selain itu, penguatan landasan pacu Kertajati juga disebut membutuhkan tambahan anggaran Rp60 miliar. Namun sebelum proyek-proyek besar itu dijalankan, Dedi memilih memulai dari langkah kecil yang konkret.