"Pemkot Bandung turut bertanggung jawab salah satunya biaya selama beliau masuk rumah sakit melalui UHC," ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkapkan, Jajang masuk dalam kualifikasi skrining kesehatan menjadi anggota KPPS.
Baca Juga:
Inovasi Bangun Nusantara, LLDIKTI Wilayah IV Punya Program Perguruan Tinggi Membangun Desa
"Sebenarnya almarhum ini skrining awal itu bagus. Mulai dari tensi, gula darah, hingga tidak ada faktor risiko kalau dilihat dari kondisi badan," tuturnya.
Ia mengakui, petugas pemilu kurang istirahat yang cukup bahkan telat asupan makanan.
"Tidak tidur itu kelelahan yang berat. Apalagi pagi-pagi itu pukul 05.30 WIB sudah persiapan untuk dibuka TPS pukul 07.00 WIB, sehingga makan itu bisa siang pas waktu istirahat, " katanya.
Baca Juga:
Banyak Petugas Meninggal, Dokter Anjurkan Pemilu Tak Digelar Serentak
Sementara itu, Juju yang merupakan adik Jajang Safaat menyampaikan, almarhum sebelum pelaksaan pencoblosan yaitu H-1 sudah terlihat lelah, namun tidak pernah dirasa.
"Itu kurang istirahat. Hari Selasa (H-1 sebelum pencoblosan) juga tidak enak badan, tapi tidak dirasa," ungkapnya.
Juju mengatakan, Jajang pertama dilarikan ke dokter praktek dekat dengan kediamannya. Lalu dibawa ke Rumah Sakit dan tutup usia pada pukul 20.00 WIB.