WahanaNews-DEPOK | Mengantisipasi tumbuh suburnya penyakit mental LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). Tokoh masyarakat (Tomas) dan Pemerintah Kelurahan (Pemkel) Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat, bersepakat menolak segala bentuk tindak kekerasan terhadap anak-anak.
Aksi memerangi kekerasan pada anak itu, diimplementasikan para tomas dan aparatur pemerintah kelurahan dengan memasang sejumlah spanduk himbauan, serta peringatan bagi para pelaku yang memiliki kelainan seksual yang berada, di Kota Depok, Jawa Barat.
Baca Juga:
Anggota DPR RI Maruli Siahaan Hadiri Rapat Panitia Perayaan Paskah Raya HKBP Medan 2025
“Kami tentunya berkewajiban melindungi anak-anak kami dari perilaku kekerasan yang bisa berdampak pada mental anak. Karena itu, sinergitas antara pemerintah dan masyarakat dibangun sejak dini,” ucap Ketua RT 02/06, Kelurahan Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Dedi kepada awak media, Rabu (21/9/2022).
Kegiatan tersebut juga diselenggarakan dengan adanya informasi yang menghebohkan masyarakat di Kota Depok. Yaitu, mengenai adanya oknum yang mengaku ulama telah melakukan asusila pada santrinya di lembaga pesantren wilayah Kota Depok.
“Jangan sampai penyimpangan tersebut merugikan lingkungan. Terutama, pada generasi muda yang sudah seharusnya mendapat pendidikan baik dari lembaga pendidikan maupun lingkungan,” imbuhnya.
Baca Juga:
Sambutan Hangat untuk Gubernur dan Wagub Sumut di Kualanamu: DPR RI dan Relawan Palito Hadir
Sebelumnya, warga juga memasang spanduk kewaspadaan di area kampung. Tak hanya itu, warga juga menurunkan plang kantor media yang mengatasnamakan Islam. Karena dianggap membela kesalahan.
Tersiarnya kabar aksi cabul yang dilakukan oleh pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) berinisial SAAB, yang berada di Kota Depok dan Kabupaten Indramayu terus bergulir.
Pimpinan Tertinggi Ponpes SAAB, KBS mengklarifikasi dengan sumpah, bahwa ia tidak pernah melakukan tindakan tidak senonoh pada santrinya.