“Penjualan kami sangat menurun. Anggota UMKM juga berkurang. Dari semula 20 orang, tersisa hanya 10 orang peserta sekarang ini”, ucap Neneng Suminar, koodinator sekaligus bendahara UMKM Cireundeu.
“Peserta UMKM Cireundeu ini semuanya ibu-ibu. Yang profesi utamanya petani singkong. Jadi saat pengunjung ke Desa (Cireundeu) berkurang dan penjualan produk menurun, mereka lebih memilih bekerja di ladang atau usaha lain”, ungkap Neneng.
Baca Juga:
Pemkot Jakarta Pusat Nilai Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan Gizi Siswa
“Kami optimis, dengan semakin dilonggarkannya aturan Prokes oleh Pemerintah dan ditambah bantuan dari PLN, UMKM kami akan kembali beroperasi seperti sebelum pandemik. Kami sangat berterima kasih atas bantuan PLN ini”, tutup Neneng.
Dalam sambutan perwakilan pengurus Kampung Adat Cirendeu, Kang Yana, disampaikan secara singkat historis awal mula Kampung Adat Cireundeu mulai mengonsumsi singkong sebagai makanan pokok. Dia juga menjelaskan proses hingga Desa Cireundeu menjadi salah satu ikon Desa Ketahanan Pangan di Jawa Barat dan telah beberapa kali menerima penghargaan pemerintah.
“Dulu Singkong sempat dianggap makanan orang miskin. Itu sebelum ada banyak liputan dari media dan perwakilan pemerintah yang datang berkunjung kesini. Sekarang desa kami banyak dikunjungi para peneliti, akademisi dan perwakilan dari dinas-dinas provinsi lain, yang sengaja datang kesini untuk belajar tentang olahan produk Singkong,” terang Yana.
Baca Juga:
Perum Bulog Berikan Bantuan Alat Pertanian untuk Tingkatkan Produktivitas Petani Tebu Blora
Acara serah terima bantuan tersebut ditutup dengan sesi foto bersama antara anggota UMKM Desa Cireundeu dan tim TJSL PLN UP2B Jawa Barat. Dan dilanjutkan kunjungan ke lokasi produksi olahan serba Singkong.[gab]