“Ketersediaan SMK Penerbangan di sekitar Kertajati wajib menjadi prioritas. Kita tidak boleh hanya membangun infrastruktur fisik tanpa menyiapkan manusianya. Jangan sampai tenaga teknis dan insinyur harus diimpor dari luar kawasan terus-menerus,” tegasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menyampaikan pentingnya konsistensi lintas kementerian dan pemerintah daerah dalam memastikan agar potensi Bandara Kertajati tak kembali terabaikan.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Desak Percepatan Akses dan Sarana di Tanjung Lesung
“Kertajati adalah ujian nyata koordinasi pusat-daerah. Keberhasilannya akan mencerminkan sejauh mana kita mampu membangun aglomerasi berbasis infrastruktur yang terencana dan berdampak langsung ke masyarakat,” ungkap Tohom.
Menurutnya, gagasan memindahkan sebagian besar aktivitas perawatan pesawat ke Kertajati akan membuka peluang besar bagi industri aviasi lokal.
Namun, ia menegaskan perlunya insentif fiskal dan regulasi khusus untuk menarik operator dan investor agar tidak hanya sekadar mampir, tapi benar-benar membangun basis usaha jangka panjang di sana.
Baca Juga:
Dukung Revalidasi Geopark Kaldera Toba Menuju Green Park, MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Pemkab Simalungun Gelar Geo Produk Fest 2025
Sebelumnya, Sekjen Kemenhub, Antoni Arif Priadi, menjelaskan bahwa membangun dan mengoptimalkan pelabuhan atau bandara bukan perkara mudah.
Ia mengibaratkan, membangun bandara seperti memindahkan ratu lebah: infrastrukturnya bisa selesai lebih dulu, namun butuh proses panjang hingga ekosistem di sekitarnya tumbuh.
Antoni menyebut Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi telah berkomitmen agar Bandara Kertajati menjadi embarkasi utama haji dan umrah, sebagai upaya membangkitkan bandara dari kondisi ‘mati suri’.