WahanaNews-Purwakarta | Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemui seorang veteran yang pernah berjuang membela Tanah Air. Ia adalah Sersan Mayor (Purnawirawan) Emang yang kini sudah berusia sekitar 100 tahun.
Dedi menjelaskan pria yang akrab disapa Abah Emang kini hidup bersama istrinya di rumah sederhana di daerah Cirende, Kabupaten Purwakarta. Setiap bulan Abah Emang hidup dari uang pensiun yang didapat sebesar Rp 2,2 juta.
Baca Juga:
Kementerian PU Siap Hadapi Mobilitas Masyarakat Saat Nataru 2025
Dedi mengaku cukup sering bertemu dengan Abah Emang, bahkan sempat membangunkan rumah yang layak untuknya.
"Hari ini saya menemui salah seorang pejuang kemerdekaan yang tersisa, karena sekarang sudah jarang sekali. Termasuk bapak saya yang telah wafat pada tahun ini," ujar Dedi dalam keterangan tertulis, Minggu (21/8/2022).
Menurut Dedi, momen kemerdekaan tahun ini dirasa cukup sepi. Sebab, ia baru saja ditinggalkan oleh ayahnya, Sahlin Ahmad Suryana yang wafat beberapa bulan lalu.
Baca Juga:
Pj Bupati Abdya Sunawardi Hadiri Rapat Kerja dan Dengar Pendapat DPR RI
Sahlin merupakan salah seorang veteran yang juga pejuang kemerdekaan. Ia berhenti menjadi pejuang karena sakit-sakitan setelah diracun oleh mata-mata penjajah.
"Kemerdekaan tahun ini ingat sama bapak. Tahun ini tidak bisa antar lagi bapak upacara. Jadi tahun ini tidak beliin sepatu, jas, dan kemeja karena bapaknya sudah tidak ada," ungkapnya.
Dalam pertemuan ini, Kang Dedi memberikan sejumlah uang kepada Abah Emang. Ia mengatakan uang ini tidak ada artinya dibanding perjuangan Abah.
Dedi pun sempat duduk bersimpuh menyalami Abah Emang sebelum pulang dan memberikan semangat agar Abah Emang tetap sehat.
"Abah tetap semangat menjaga kesatuan Republik Indonesia, sekali merdeka tetap merdeka," tutur Dedi.
"Inilah potret rata-rata pejuang Indonesia yang hidup sangat berat. Untuk itu mari kita rawat dan jaga mereka mumpung masih ada, hormati dan hargai mereka," tandasnya.
Dedi pun sempat berinisiatif menghubungi dokter pribadinya saat mengetahui kondisi Abah yang sedang terluka akibat kakinya tertusuk bambu saat beraktivitas di luar rumah. Khawatir ada infeksi, Dedi meminta dokter tersebut segera datang ke rumah Abah Emang untuk mengobati luka.
"Tenang tidak perlu bayar. Kalau pejuang jangan pejuang yang datang ke dokter tapi dokter yang datang ke rumah pejuang," ucapnya.
Sementara itu, Abah Emang yang masih terlihat bugar di usianya yang sekitar satu abad memperlihatkan sisa luka-luka yang didapat saat berjuang melawan penjajah dengan bertelanjang dada.
"Ini luka bekas tembakan, ada 10 lubang," kata Abah Emang.
Ia mengatakan luka menyerupai lubang tersebut terdapat di lengan, bahu, kaki, pantat, hingga kepala. Total ada tujuh luka berukuran besar dan tiga luka kecil akibat tembakan.
Luka tersebut Abah Emang dapatkan saat aktif sebagai pejuang, seperti peristiwa Soekarno dibawa ke Rengasdengklok. Saat itu ia masuk sebagai pengawal Batalyon 1 Purwakarta dan dibekali senjata jenis bren.
Selain itu, ia pernah ditugaskan berperang mengusir penjajah Jepang di Bandung. Abah bercerita mengenai sebuah kejadian menarik saat ia bertugas di Bandung. Saat itu, pasukan kemerdekaan tiba-tiba dilempar benda mirip bom oleh tentara Jepang. Namun benda tersebut tersangkut di pohon.
"Dikira bom, tapi kok tersangkut di pohon. Saya panjat ternyata benda itu isinya obat-obatan. Rupanya itu cara Jepang mengolok-olok karena pasukan Indonesia sedang banyak yang terluka. Tapi olok-olok itu kita balas dengan kemenangan," kenangnya.
Tidak hanya itu, saat berperang di Cikao Bandung ia sempat terluka cukup parah karena terkena bom. Beruntung nyawanya masih selamat dan bisa tetap berjuang mengusir penjajah.
Abah Emang pun menunjukkan luka di perut sebelah kanannya. Luka tersebut didapat akibat ditusuk oleh bayonet musuh. Ia terpaksa bertahan dengan bayonet tertusuk di perut untuk mengelabuhi musuh agar disangka telah mati.
"Kalau waktu itu saya cabut bayonetnya pasti disangka masih hidup. Pasti kalau ketahuan masih hidup bakal dibunuh beneran," sambugnya.
Saat ini Abah Emang mendapat uang pensiun sebesar Rp 2,2 juta. Uang tersebut seharusnya bertambah menjadi Rp 2,7 juta namun harus diurus ke Bandung.
"Sudah males ngurusnya ke Bandung. Jadi segini juga sudah bersyukur," pungkasnya.[zbr]