WahanaNews-Purwakarta | Anggota DPR RI, Dedi Mulyadi, menilai terdapat perbedaan antara pejabat pemerintah pembuat kebijakan dan masyarakat di momen bulan suci Ramadan ini.
Menurutnya, khusus pejabat pemerintah puasa harus membawa dampak sosial yang positif untuk masyarakat luas.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
Tidak hanya soal menahan makan, minum dan hawa nafsu, tapi puasa bagi pejabat adalah momen untuk menyetop segala bentuk kebijakan terhadap ketergantungan barang impor.
Dedi Mulyadi mengatakan puasa dari impor barang akan sangat menguntungkan bagi perekonomian masyarakat. Terlebih barang tersebut tersedia di pasar lokal.
"Mereka yang kerja produknya tidak ada yang beli sehingga terjadi penumpukan barang, bahan bakunya menumpuk tidak ada yang beli. Artinya tidak ada pemasukan uang dan banyak orang yang lapar," ujar Dedi Mulyadi berdasarkan keterangan yang diterima, Minggu (03/04/2022).
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Sehingga, kata Dedi, puasa bagi pejabat pengambil keputusan adalah dengan cara menahan diri untuk tidak terus menerus melakukan impor.
"Apalagi kalau barang tersebut ada di Indonesia dengan kualitas yang sama," katanya.
Ia mencontohkan hal yang tak perlu lagi impor adalah beras, karena saat ini sejumlah daerah sedang memasuki masa panen.
Selain itu ada juga produk mebel dan kain yang seluruhnya terdapat di Indonesia dengan kualitas bersaing.
Menurut Dedi dengan membatasi atau berpuasa impor maka produk dalam negeri akan banyak dibeli oleh masyarakat.
Bahkan ke depan dengan semakin banyaknya peminat bukan tidak mungkin produsen akan terus meningkatkan kualitas produk.
"Dengan seperti itu maka regulasi produk lokal bisa berjalan, orang Indonesia bisa makan dan dapat THR. Maka puasa pejabat itu berhasil dan produk dalam negeri bisa ikut Lebaran," ucapnya.
Bagi Dedi puasa dari impor lebih bermakna dibanding dengan berbagi ratusan paket sedekah.
Sehingga walaupun perut pejabat sedang puasa tetapi impor masih jalan terus maka hal tersebut hanya bermakna bagi diri sendiri tapi tidak untuk orang lain.
"Berpuasalah dari keinginan selalu impor agar produk dalam negeri bisa lebaran," ujar Kang Dedi Mulyadi. [non]