Selain itu, untuk mengurangi jumlah air yang terbuang ke laut, maka pihak Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor berupaya membuat sumur resapan pada beberapa wilayah.
Hal tersebut, menjadi tantangan tersendiri untuk mengoptimalisasikan aset, karena tidak hanya didesain secara sistematis dari pusat saja, tetapi bisa menerima pemikiran dari masyarakat juga.
Baca Juga:
Kementerian PU Siapkan 25 Posko Nataru di Jalan Nasional Sumatera
Rino Indira Gusniawan menyatakan bahwa Dinas SDA Jabar telah menantangnya untuk menggunakan air tersebut, yang di mana pada sebelumnya pihak Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor mencoba untuk ngalun pada Sungai Baru.
"Karena disitu tidak dimanfaatkan oleh SDA Jabar untuk sumber air minum atau lainnya. Tapi, udah mulai juga banyak irigasi-irigasi yang ditinggalkan sekarang, karena perkembangan kota Bogor sudah mulai berubah, tadinya kota yang punya sawah tapi sekarang sudah sedikit sawahnya, jadi jalur-jalur irigasi tidak dimanfaatkan maksimal ke perairan sawah," jelasnya.
Dalam hal ini, diharap masyarakat Kota Bogor dapat terkoneksi 100 persen dengan PDAM, agar bisa menikmati layanan air tersebut.
Baca Juga:
Pastikan Jalan Nasional dan Jembatan di Sulsel Siap Dilalui Selama Nataru, Kementerian PU: 96,45% Dalam Kondisi Mantap
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim mengatakan bahwa dirinya mengharapkan kepada semua pihak agar bisa menyadari dan memahami bahwa air ini penting serta harus diatur hingga seluruh masyarakat harus patuh.
"Kita pikirkan darimana suber airnya, itu suatu hal yang perlu kita pikirkan, karena sekarang mungkin kita belum mengalami masa krisis air tetapi 5 sampai 100 tahun lagi mau gimana," katanya.
Menurutnya, dunia usaha juga tidak perlu lagi menggunakan air tanah, karena dapat mempengaruhi sumber air yang ada saat ini.