“Dalam skenario percepatan pengembangan energi terbarukan, hingga tahun 2040, akan ada lebih banyak lagi persentase penambahan kapasitas energi terbarukan, yaitu sebesar 75 persen, dan kita bisa melihat dampaknya terhadap penurunan emisi, karena pada akhirnya yang kita bicarakan di COP29 ini adalah bagaimana kita bisa memerangi perubahan iklim, mengurangi emisi,” jelas Kamia.
Kamia juga menggarisbawahi emisi Indonesia di sektor kelistrikan diperkirakan akan mencapai puncaknya pada tahun 2030, sementara puncak emisi nasional secara keseluruhan diproyeksikan terjadi pada 2040.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
“Setelah mencapai puncak, kami akan secara bertahap menurunkan emisi hingga mencapai nol pada 2060,” tambahnya.
Dalam mencapai target ambisius ini, PLN mengembangkan infrastruktur untuk mendukung integrasi energi terbarukan. Salah satu proyek unggulan adalah pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung yang menggabungkan hidro dan solar PV.
"Ini adalah PLTS terapung pertama di Indonesia dan terbesar di Asia Tenggara. Setidaknya ada tujuh PLTS terapung yang sudah direncanakan dalam RUPTL,” ungkap Kamia.
Baca Juga:
Gendeng Indomobil, PLN Icon Plus Siap Kolaborasi Wujudkan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik
Selain itu, Kamia menjelaskan PLN berupaya mengatasi tantangan geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan membangun Green Enabling Super Grid. Super grid ini akan memungkinkan evakuasi energi hijau dari pusat-pusat pembangkit ke pusat permintaan.
“Dengan super grid, kami bisa menghubungkan sumber energi terbarukan ke berbagai pulau di Indonesia dan memenuhi kebutuhan energi secara merata,” pungkas Kamia.
[Redaktur: Mega Puspita]