Namun, ia mengingatkan agar percepatan investasi tetap disertai tata kelola yang berkeadilan dan berkelanjutan.
“Keberhasilan kawasan industri tidak hanya diukur dari besarnya modal yang masuk, tetapi dari seberapa kuat manfaatnya dirasakan masyarakat lokal—mulai dari tenaga kerja, UMKM, hingga kualitas lingkungan,” kata Tohom.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran: Aglomerasi Jabodetabekjur Bisa Jadi Global City Jika Terminal Dibenahi
Sebagai Ketua Aglomerasi Watch, Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa pengembangan kawasan Rebana harus ditempatkan dalam kerangka aglomerasi yang sehat.
Menurutnya, integrasi industri, permukiman, transportasi, dan lingkungan perlu direncanakan secara matang agar tidak memicu ketimpangan sosial maupun tekanan ekologis di masa depan.
“Konsep Green Industry yang diusung PIE, mulai dari energi surya, Renewable Energy Certification, hingga keseimbangan dengan kearifan lokal, harus menjadi standar, bukan sekadar jargon. Ini penting agar pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan daya dukung wilayah,” tegasnya.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Sektor UMKM Akan Terdongkrak dengan Pengembangan Kawasan Aglomerasi Solo Raya
Ia menambahkan, penguatan kualitas SDM lokal melalui kolaborasi dengan SMK serta kemitraan industri–UMKM merupakan kunci agar kawasan industri benar-benar menjadi lokomotif ekonomi Subang dan Jawa Barat.
“Jika SDM lokal naik kelas, maka aglomerasi akan tumbuh inklusif dan berkelanjutan,” pungkas Tohom.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Griya Idola, Hengky Sidartawan, menyatakan bahwa pengembangan Patimban Industrial Estate merupakan upaya kolektif untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat dan wilayah Subang secara menyeluruh, termasuk penyerapan tenaga kerja lokal dan penguatan ekonomi sekitar.