“Pemerintah provinsi mesti mendorong kerja sama pelatihan lintas wilayah. Jangan jalan sendiri-sendiri. Harus ada ekosistem pelatihan dan penempatan kerja yang terintegrasi antardaerah, sehingga efek pembangunan tidak timpang,” kata Tohom.
Menurutnya, kesuksesan metropolitan Rebana sangat bergantung pada kemampuan daerah dalam menyatukan visi, terutama dalam menyiapkan SDM sesuai kebutuhan industri strategis seperti manufaktur, logistik, MRO (Maintenance, Repair, Overhaul), hingga pariwisata dan jasa modern.
Baca Juga:
Pemilik Cat Nippon Tutup Usia, Tinggalkan Kekayaan Rp 211 Triliun dan Warisan Bisnis Besar
Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa kesenjangan antara infrastruktur yang dibangun dan kesiapan SDM dapat menjadi bumerang.
“Tidak boleh ada jurang antara jalan tol yang mulus dan nasib warga sekitar yang tetap menganggur. Program pelatihan ini adalah jembatan agar warga lokal naik kelas dan punya posisi tawar dalam ekonomi baru,” tegasnya.
Sebelumnya, Dinas Tenaga Kerja Kota Cirebon melalui Unit Pelaksana Teknis Latihan Tenaga Kerja (UPT LTK) menyatakan telah menyiapkan delapan paket pelatihan keterampilan yang akan dimulai pada Juni atau Juli 2025.
Baca Juga:
Sinyal Kekuatan Baru di Asia Tenggara, Indonesia Posisikan Rudal Balistik Turki di Dekat IKN
Pelatihan tersebut meliputi pembuatan roti, servis motor, montir mobil, rias pengantin, hingga barbershop dan menjahit.
Instruktur pelatihan Supriyadi mengatakan bahwa satu kelas terdiri dari sepuluh orang, dan seluruhnya dibiayai dari APBD. Harapannya, lulusan pelatihan dapat terserap di industri yang berkembang di kawasan Rebana.
Sementara itu, data dari Disnaker Kota Cirebon menunjukkan bahwa angka pengangguran di wilayah ini terus menurun.