Jabar.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran menyatakan dukungan penuh atas inisiatif Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jawa Barat yang mendorong pembentukan Forum Strategis Percepatan Patimban (FSPP).
Forum ini digagas sebagai jembatan koordinasi lintas sektor guna mempercepat pengembangan Pelabuhan Patimban dan kawasan Metropolitan Rebana.
Baca Juga:
Kapolda Banten Perintahkan Pemetaan Kawasan Industri Rawan Premanisme
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menilai langkah HIPMI Jabar sangat strategis dalam menjawab tantangan ekonomi masa depan dan mengoptimalkan potensi kawasan industri di Jawa Barat bagian utara.
“MARTABAT melihat bahwa Patimban bukan hanya infrastruktur pelabuhan, tapi simbol transformasi ekonomi nasional. Jika dikelola dengan forum yang solid, kawasan ini akan menjadi titik episentrum logistik, industri, dan investasi global,” kata Tohom, Kamis (17/7/2025).
Menurutnya, percepatan pembangunan Patimban membutuhkan sinergi konkret antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan BUMN/BUMD logistik.
Baca Juga:
Pemkot Semarang: Beberapa Titik di Terboyo Wetan dan Trimulyo Masih Tergenang Banjir
Forum seperti yang diusulkan HIPMI diyakini mampu menyatukan visi dan mengurai tumpang tindih kebijakan.
“Tanpa forum koordinatif yang kuat, megaproyek bisa terjebak jadi megastruktur tanpa nyawa. Perlu pemimpin regional yang berani menahkodai konvergensi kepentingan ini,” tegasnya.
Tohom menyebut, setidaknya ada tujuh klaster investasi potensial di sekitar Patimban, mulai dari kawasan logistik pintar, cold storage ekspor, manufaktur otomotif, hingga digitalisasi sistem pelabuhan dan layanan keuangan berbasis teknologi.
“Yang dibutuhkan saat ini adalah keberanian untuk bertindak cepat. Investor besar dunia sedang mencari ekosistem logistik baru di Asia Tenggara. Patimban adalah jawabannya, dan Jawa Barat bisa jadi pemimpinnya,” ujar Tohom.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini mengatakan bahwa realisasi Metropolitan Rebana sangat tergantung pada fungsi Pelabuhan Patimban sebagai engine of growth.
Ia menilai pengembangan kawasan Rebana harus berbasis pada konektivitas pelabuhan, kualitas infrastruktur, dan insentif fiskal yang terintegrasi.
“Kalau Pelabuhan Patimban hidup dan terkoneksi ke hinterland industri, maka Rebana akan menjelma jadi pusat gravitasi ekonomi baru. Tapi perlu roadmap jelas dan forum lintas institusi yang menjamin keberlanjutannya,” tandas Tohom.
Ia menegaskan bahwa forum percepatan ini tidak boleh hanya seremonial, tapi harus diisi dengan komitmen regulasi, investasi digital, dan roadmap ekspor industri kreatif serta pangan.
“Jangan sampai pelabuhan selesai, tapi industri pendukungnya tertinggal. Kita butuh akselerasi holistik — bukan hanya membangun pelabuhan, tapi juga membangun manusia, teknologi, dan sistem finansialnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, Ketua Bidang Perindustrian dan Perdagangan HIPMI Jawa Barat, Dede Saputra, mengatakan bahwa FSPP diperlukan agar pelabuhan tidak menjadi “megastruktur tanpa nyawa” akibat lemahnya koordinasi antarinstansi.
Menurutnya, kawasan logistik terpadu, cold storage, manufaktur otomotif, serta layanan keuangan berbasis pelabuhan menjadi peluang emas bagi para investor yang ingin masuk lebih awal.
[Redaktur: Sobar Bahtiar]