WahanaNews-Sumedang | Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, perkembangan paham-paham terorisme dan radikalisme begitu pesat seiring dengan kemajuan zaman.
"Teror secara global dan regional termasuk di dalamnya perkembangan teror dalam negeri seperti perkembangan kelompok-kelompok Mujahidin Indonesia Timur, Negara Islam Indonesia, Separatis Terorisme Papua, Jamaah Ansharul Khilafah dan lain sebagainya adalah musuh bersama," kata dia saat mengisi stadium general di Kampus IPDN Jatinangor Kabupaten Sumedang, Senin (4/7/2022).
Baca Juga:
Praja Pratama IPDN Angkatan XXXV Resmi Dikukuhkan
Dalam paparannya, Boy Rafli mengangkat tema "Deteksi Dini Modus Perkembangan Gerakan Radikalisme" yang disampaikan kepada seluruh praja dan civitas akademika IPDN baik secara luring maupun daring.
Secara gamblang Boy Rafli menjelaskan kepada praja terkait perkembangan
“Rilis dari United Nation pada masa pandemi radikalisasi di sosial media terjadi peningkatan. Termasuk di Indonesia, 202 juta orang menggunakan internet dan 80 persennya pemilik akun media sosial."
Baca Juga:
1.117 Orang Praja IPDN Jalani Bhakti Karya Praja di Jateng
"Dari 80 persen pemilik akun medsos ini 60 persen adalah kalangan muda, itulah yang menjadi target kelompok jaringan terorisme global. Dimana teroris ini menghembuskan narasi-narasi kebencian kepada pemerintah," tuturnya.
Menurut Boy, ketimpangan dalam pelayanan publik dan pelayanan oleh negara atau pemerintah menjadi jalan munculnya kebencian kepada negara.
“Jaringan terorisme ini memiliki tujuan politik untuk mendelegitimasi kekuatan supra politik di pemerintahan masing-masing dan berharap bisa eksis di negara tersebut," beber Boy.
Di hadapan ribuan praja IPDN, Boy menegaskan agar semuanya selalu berhati-hati terhadap pengaruh radikalisme berbalut agama.
“Praja calon pimpinan masa datang harus benar-benar dapat membedakan mana yang dakwah agama, mana yang benar-benar menjadi rencana penuh dengan kekerasan," tuturnya.
Jika sudah menghalalkan kekerasan, sambung Boy, menandakan bahwa paham-paham radikal dan terorisme mulai disebarkan. Hal itu tidak mengacu pada agama manapun, karena semua agama tidak memperbolehkan adanya kekerasan.
"Mereka menggunakan jalan apapun agar tujuannya tercapai. Nah kelompok teroris ini menggunakan agama untuk kepentingan politik agar mereka berkuasa. Harus kita lawan," kata Boy.
Sementara itu, Rektor IPDN Hadi Prabowo menegaskan kepada praja untuk betul-betul mencermati apa yang disampaikan oleh Kepala BNPT.
"Ini sebagai pedoman yang harus dipahami terutama terkait paham-paham atau kelompok-kelompok yang mendukung intoleransi, radikalisme dan terorisme," ujar Hadi.
"Adanya radikalisme dimulai dengan adanya intoleransi lalu menjadi ekstrimis dan berkembang menjadi terorisme. Hal ini tentunya harus menjadi kewaspadaan kita semua, apalagi sekarang ini selalu berkedok agama," tambahnya.
Hadi juga sangat menyayangkan sekelompok oknum yang selalu membawa nama agama tertentu sebagai kedok atau media dari radikalisme dan terorisme.
“Jangan menjadikan agama sebagai kedok atau media dari radikalisme dan terorisme. Kita harus mampu memilih dengan baik pendakwah agama, sehingga kita bisa menangkal radikalisme."
"Intoleransi, radikalisme dan terorisme adalah musuh bangsa Indonesia, karena hal ini sangat bertentangan dengan ideologi dan konsesus dasar negara, ini juga merupakan musuh agama,” tuturnya.
Perlu diketahui, lanjut Hadi, pemahaman terkait radikalisme berada di posisi 63,44 persen tapi harus tetap harus waspada terhadap gerakan-gerakan radikalisme.
“Kita terutama praja harus terus memperkuat jati diri bangsa, karena praja adalah garda terdepan bangsa dan juga diharapkan dapat menjadi kader terdepan didalam upaya penanggulangan terorisme, radikalisme dan intoleransi,” ujar Hadi.
Hadi juga terus mengingatkan seluruh praja IPDN untuk memupuk jiwa kebangsaan dan nasionalisme. Tidak memperdebatkan perbedaan agama, kuasai ilmu pengetahuan dan pemahaman terhadap agama sesuai tuntunannya.
"Paham radikal dan intoleran harus kita lawan bersama. Kita harus mampu mengembangkan dan memelihara kebhinekaan dengan toleransi dan anti kekerasan serta perkuat iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa”, pungkasnya. [tsy]