WahanaNews.co | Dindin Wahyudin, salah seorang anggota kelompok tani umbi porang di Kampung/Desa Ubrug, Kecamatan Warkir, Kabupaten Sukabumi melihat area bekas lahan persemaian sawit milik PTPN VIII di kaki Gunung Salak sebagai potensi wisata Sukabumi.
Otak kreatif mantan pekerja di bidang otomotif ini langsung berpikir kedepan, area itu menurutnya bisa dimanfaatkan sebagai kawasan Agro Wisata yang bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh warga sekitar. Tidak hanya wisata, namun juga sentra ekonomi dan lumbung ilmu.
"Semuanya, berawal dari kelompok tani Umbi Porang, yang kita kelola lahan desa. SK segala macamnya ada, kemudian ada tawaran untuk pengembangan pertanian disini akhirnya kita tanam porang," kata Dindin, Minggu (9/1/2022).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Cuma karena kelompok tani ini dan rekan-rekan merasa tidak ada dasar di pertanian Porang takutnya gagal panen. Lalu perhatian kita teralihkan melihat pemandangan seperti ini. Subhanallah luar biasa kita kepikiran akhirnya untuk dikembangkan menjadi agro wisata sekaligus wisata edukasi," dia menambahkan.
Dindin kemudian merogoh koceknya pribadi, hampir 70 persen uang pesangon yang ia peroleh dari perusahaan tempatnya bekerja. Di tengah kebun porang ia membuat spot-spot swa foto yang kemudian lokasi itu ia namai Saung Porang. Bersama warga dan pemuda setempat, lokasi itu ia sulap menjadi kawasan Agro Wisata bernuansa pedesaan.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
"Karena tujuan kita untuk wisata edukasi, otomatis harus lebih kental unsur edukasinya makanya alhamdulillah kemarin ada tawaran dari Masjid Darul Matin untuk Tahsin On The Road alhamdulillah sudah berjalan selama sebulan setiap Minggu ada dua kegiatan jam 06.30 WIB sampai 08.30 WIB," kata Dindin.
"Anak-anak usia paud TK SD itu belajar rutin menggali baca tulis Alquran setelah itu sampai jam 09.00 WIB masih siswa yang sama lanjut ke les bahasa Inggris gratis ditambah siswa SMP. Nah pendidiknya sendiri bisa dibilang sukarela, memberdayakan pemuda setempat juga," sambung dia.
Dindin mengatakan saat ini kondisi Saung Porang masih sederhana, meski kondisi apa adanya menurut Dindin justru hal itu justru menjadi daya tarik bagi mereka yang datang. Nuansa desa, kolam berenang yang disebut Kulah Gupak dengan kondisi apa adanya justru membuat anak-anak senang bermain air.
"Setelah tadi wisata, kemudian edukasi berlanjut ke ekonomi bagi warga. Ibu-ibu atau kaum perempuan membuat menu makanan salah satu yang diunggulkan nasi liwetnya, itu juga salah satu pemberdayaan masyarakat, nanti ke depan mungkin ada oleh-oleh khas atau lainnya," ujar Dindin.
Untuk menikmati suasana Saung Porang, Dindin menyebut tidak memberikan tarif masuk khusus. Dengan uang Rp 2 ribu yang dikeluarkan, pengunjung mendapatkan cemilan yang diberikan pengelola.
"Di sini ada kolam pembesaran ikan, ada kulah gupak, cuma Rp 3 ribu gupak sepuasnya tidak punya uang silahkan gratis. Ada juga Flying Fox hanya Rp 5 ribu dan dewasa Rp 10 ribu. Untuk nasi liwet dan nasi bakar libatkan juga ibu-ibu di lokasi ini kan secara ekonomi juga terangkat,'" kata dia.
Untuk lokasi Saung Porang Dindin mengaku masih dalam tahap komunikasi dengan pemilik lahan yakni PTPN VIII, Dindin menyebut pihaknya sudah mendapat rekomendasi lahan seluas 3 hektar untuk pemanfaatan di area tersebut.
"Alhamdulillah kalau dari Pak Bupati Sukabumi sudah memberikan rekomendasi lahan seluas 3 hektar untuk dimanfaatkan kelompok tani dan masyarakat nantinya 1 hektar wisata, 1 hektar untuk budidaya porang atau pertanian yang lain dan 1 hektar lagi perikanan. Harapan ke depan kita sudah menyelesaikan sebagaimana yang dianjurkan PTPN VIII, kita sejauh ini sudah berjuang sampai mendapat rekom dari bupati, meskipun skala kecil banyak perputaran secara ekonomi dirasakan masyarakat sini secara langsung," pungkasnya.
[kaf]