"Tapi tampaknya, faktor usia menjadi salah satu pemicunya. Banyak yang terjadi pada usia di atas 50 tahun. Semakin lanjut usia, risiko terkena badai sitokin lebih besar," jelas dr Ceva.
Meski begitu, dr Ceva mengatakan bahwa pasien usia muda juga berisiko terkena badai sitokin. Namun jumlah tersebut lebih sedikit dibanding usia tua.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Yogyakarta Targetkan 30.702 Anak Terima Imunisasi Polio pada PIN 2024
Menyinggung pasien yang memiliki komorbid, dr Ceva mengatakan bahwa belum ada bukti yang signifikan untuk menjadikan komorbid sebagai faktor risiko.
"Hanya saja, ketika badai sitokin yang dialaminya semakin berat, penyakit bawaan itu bisa semakin parah, terutama pada penderita sakit ginjal," kata dr Ceva.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa pasien yang memiliki gangguan genetik dapat mengalaminya. Menurutnya, jika sistem kekebalan tubuh cenderung lebih reaktif, pasien akan cenderung terkena badai sitokin. (JP)