WahanaNews Jabar | Anak kereta pasti nggak asing dengan Stasiun Bogor. Ya, stasiun yang menjadi hulu perjalanan KRL Bogor-Jakarta ini memang dikenal sibuk terutama di pagi hari.
Stasiun Bogor sendiri termasuk stasiun tua di wilayah Jabodetabek. Stasiun ini pertama kali dibuka untuk umum pada 1881. Pembangunannya dilakukan oleh Staatssporwegen (SS).
Baca Juga:
Menjadi Pemimpin yang Berdampak dan Berpengaruh di Era Digital
Stasiun ini dibangun di jalur kereta yang mendistribusikan hasil perkebunan dan pertanian terutama kopi. Selain itu, jalur kereta ini juga menghubungkan kediaman peristirahatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Buitenzorg (Bogor) ke Batavia (Jakarta).
Di samping itu, Stasiun Bogor juga menjadi stasiun awal yang menghubungkan jalur kereta api pertama ke Priangan (Jakarta-Bogor-Sukabumi-Cianjur-Bandung).
Yang menarik dari Stasiun Bogor adalah stasiun ini sudah dilewati kereta listrik sejak 1930. Sebagaimana diketahui, SS melakukan elektrifikasi jaringan kereta api Jakarta-Bogor sejak tahun 1923 dan selesai pada 1924.
Baca Juga:
Perdana, PLN Operasikan SPKLU Khusus Angkot Listrik
Pada waktu itu, Hindia Belanda mendatangkan kereta listrik dari Swiss, Jerman, Belanda, sampai Amerika Serikat. Belakangan, pemerintah Indonesia mendatangkan KRL dari Jepang sebagai pengganti kereta peninggalan Belanda yang sudah tak mampu beroperasi.
Stasiun Bogor ditetapkan sebagai Bangunan Stasiun Cagar Budaya sejak 26 Maret 2007. Bila diperhatikan lebih dekat, bangunan stasiun ini terbagi menjadi dua yaitu yang modern dan klasik.
Manager Preservation and Documentation, Hardika Hadi Rismaji menjelaskan bahwa Stasiun Bogor memiliki arsitektur bergaya Indische Empire. Ini ditandai dengan tembok-tembok tinggi dan megah.