WahanaNews-Jatinangor | Tembok Besar China runtuh diterjang gempa sebesar 6,9 SR pada 8 Januari 2022.
Gempa tersebut melanda pada Sabtu tengah malam di Provinsi Qinghai, China Barat Laut.
Baca Juga:
KPU Dairi Distribusikan Logistik Pilkada Serentak 2024 ke Kecamatan
Ruas Tembok Besar China yang runtuh diperkirakan sepanjang 2 meter, tepatnya di ruas daerah Shandan, Provinsi Ghansu, China Barat Laut.
Dilansir dari worldhistory.org, Tembok Besar China merupakan salah satu bangunan bersejarah yang kini ditetapkan sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.
Salah satu bagian Tembok Besar China diyakini sudah dibangun sejak 770-476 SM ketika musim panas dan semi.
Baca Juga:
Dewan Pers Mangkir Dalam Sidang Perdana Gugatan PWI Pusat
Sementara itu, beberapa bagiannya yang lain diyakini dibangun pada 475-221 SM.
Pada waktu itu, sebagaimana dilansir dari nationalgeographic.org, Tembok Besar China dibangun sebagai alat Kaisar China untuk mempertahankan wilayah-wilayahnya.
Qin Shi Huang, Kaisar Pertama China, berkeinginan untuk menyatukan tembok-tembok besar yang tercecer di berbagai wilayah.
Keinginan tersebut diwujudkan menjadi sebuah masterplan yang ingin dilakukan selama berbagai periode.
Para kaisar setelah Qin terus menerus mencoba untuk mewujudkan rencana tersebut, tetapi hanya fokus ke penguatan konstruksi alih-alih menyatukannya.
Konstruksi Tembok Besar China tersebut bertujuan untuk menghindari atau melindungi China dari serangan eksternal dari wilayah utara.
Konstruksi bernama “Wan Li Chang Cheng” atau Tembok Li sepanjang 10.000 tersebut menjadi salah satu proyek arsitektur paling ambisius sepanjang peradaban manusia.
Sayangnya, proyek ambisius tersebut terpaksa dihentikan karena runtuhnya Dinasti Qin.
Kematian Qin Shi Huang membuat proyek ambisiusnya tersebut terhenti di tengah pembahasan dan pelaksanaan.
Dinasti Wei yang sempat berkuasa setelahnya mengambil alih proyek Tembok Besar China dan membangunnya ulang. [rda]