WahanaNews-Jatinangor | Lumpur sisa banjir yang menerjang rumah warga di Jatinangor, Sumedang akhirnya dibersihkan.
Hujan deras pada Selasa (20/4/2022) siang hingga malam, sungai Cikeruh yang melintasi Desa Cikeruh meluap dan merendam rumah-rumah penduduk.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Di Dusun Ciawi RT03/07 Desa Cikeruh, Rabu, warga membersihkan lumpur di dalam rumah dan di halaman rumah mereka dibantu TNI.
Tampak lumpur menggunung yang merupakan sedimentasi penutup selokan.
Menggunakan cangkul, anggota Koramil Jatinangor membersihkan sedimen itu agar selokan kembali berfungsi.
Baca Juga:
Pj Sekda Dairi Paparkan Potensi Kerawanan Jelang Pilkada
Warga menggunakan pendorong karet mendorong lumpur dari halaman agar halaman kembali bersih.
Nanang Mulyana (44), warga setempat mengatakan banjir semalam tingginya sekitar satu meter.
"Tinggi, lewat jendela," katanya seraya menunjukkan garis cokelat pada tembok bekas air banjir.
Dia mengatakan kampungnya langganan banjir. Setiap tahun dia dan warga lainnya harus rela bekerja membersihkan rumah sendiri dari lumpur.
"Kasihan kan warga tiap tahun harus begini," katanya.
Dia berharap pemerintah kembali mengeruk sungai Cikeruh yang mulai dangkal. Sedimentasi di mana-mana di sungai tersebut.
Serma Wawan Setiawan, Anggota Koramil Jatinangor membenarkan keinginan warga itu.
Menurutnya, sungai Cikeruh memang selayaknya dikeruk kembali sedimen pendangkalnya.
"Karena sering hujan, sedimen bertambah, dan memang seharusnya dikeruk," katanya seraya menyebut banjir semalam adalah yang paling parah.
Warga Minta Pengerukan Sungai
Warga di Desa Cikeruh, Jatinangor, Sumedang mengaku jenuh dengan banjir yang setiap tahun selalu terjadi.
Hujan deras pada Selasa (19/4/2022) siang hingga malam, Sungai Cikeruh yang melintasi Desa Cikeruh meluap dan merendam rumah-rumah penduduk.
Mereka berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk solusi penanganan dan pencegahan banjir di Cikeruh.
Di antara harapan warga adalah Sungai Cikeruh dikeruk kembali, dibersihkan dari sedimentasi yang membuat sungai itu menjadi dangkal.
Herman (47) warga Dusun Ciawi RT03/07 Desa Cikeruh, mengatakan pengerukan adalah solusi yang diharapkan warga saat ini.
"Saya ingat terakhir kali pengerukan itu tahun 2010. Belum ada lagi aktivitas serupa," katanya saat ditemui wartawan, Rabu (20/4/2022).
Dia mengatakan, jika tidak dikeruk, sediakanlah paling tidak tanggul agar air sungai tidak tumpah ke perkampungan.
"Jangankan banjir besar, banjir kecil pun air masuk ke rumah. Kalau sudah banjir, yang dibawa bukan hanya lumpur, tapi juga sampah-sampah berbagai macam," katanya.
Banjir yang masuk ke rumah juga merusak barang-barang di dalam rumah, seperti furnitur atau barang elektronik terutama mesin pompa air yang sangat vital fungsinya.
"Banjir mulai dari sore dan segera surut pada malam hari. Sehingga kami bisa bersih-bersih dan bersantap sahur tidak terganggu," katanya.
Warga lainnya, Nanang Mulyana (44) mengatakan banjir semalam tingginya sekitar satu meter.
"Tinggi, lewat jendela," katanya seraya menunjukkan garis cokelat pada tembok bekas air banjir.
Dia mengatakan kampungnya langganan banjir. Setiap tahun dia dan warga lainnya harus rela bekerja membersihkan rumah sendiri dari lumpur.
"Kasihan kan warga tiap tahun harus begini," katanya.
Dia berharap pemerintah kembali mengeruk sungai Cikeruh yang mulai dangkal. [rda]