WahanaNews Jabar-Banten | Ketua Umum DPP Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Khairul Mahalli membeberkan tantangan dan prospek perdagangan ekspor di masa pandemi saat ini.
Tantangan dan prospek tersebut disampaikan Khairul sebagai narasumber dalam acara Talkshow Virtual yang diselenggarakan Sekretaris Nasional Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia (Seknas Jokowi), Rabu, (01/09/2021).
Baca Juga:
Audiensi dengan GAHC, Mendag Busan Bahas Peningkatan Daya Saing Produk Halal Indonesia di Australia
Menurut Khairul, saat ini Indonesia memiliki 5 tantangan utama di industri perdagangan global terutama perdagangan ekspor sebagai berikut:
Pertama, terjadi perubahan perilaku konsumen dan pola perdagangan global. Pandemi yang dihadapi dunia termasuk Indonesia saat ini membuat sikap konsumen lebih selektif akan keamanan pangan dan higienitas menjadi prioritas. Pandemi ini juga membuat sistem perdagangan kita harus bertransformasi dalam ekosistem digital.
Tantangan kedua adalah proteksionisme perdagangan dan meningkatnya hambatan perdagangan. Diantaranya pemberlakuan tarif oleh negara mitra dagang, kewajiban lisensi impor dari negara mitra dagang, dan sustainable issues (yang mana produk ekspor harus bersifat ramah lingkungan).
Baca Juga:
Wamendag Roro Dukung Bandara Jadi Tempat Promosi Produk Ekspor
Ketiga, perundingan kerja sama perdagangan menjadi sulit diselesaikan padahal adanya perundingan yang baik memungkinkan untuk meningkatkan arus investasi, membuka pasar untuk produk baru, dan mengurangi hambatan perdagangan baik berupa eliminasi tarif atau pengurangan hambatan non tarif.
Lalu tantangan keempat, potensi defisit dan resesi ekonomi, mengingat telah banyak negara maju di berbagai benua yang mengumumkan masuk jurang resesi pada tahun ini.
Tantangan kelima ialah UMKM paling terdampak selama pandemi sehingga pelaku usaha di sektor ini terus dipacu untuk berinovasi menghasilkan produk yang baru dan bersandar ekspor. UMKM juga diminta melakukan diversifikasi produk agar mampu bertahan disituasi bisnis yang masih belum pasti ini.
Selain 5 tantangan di atas, Khairul juga memaparkan sejumlah strategi untuk meningkatkan kinerja ekspor di tengah pandemi saat ini. Diantaranya:
1. Fokus pada jenis produk yang akan di ekspor ke negara tersebut.
2. Relaksasi kebijakan ekspor dan impor yang berorientiasi ekspor.
3. Dengan mempermudah dan mempercepat pelayanan surat keterangan asal (SKA) barang ekspor, termasuk peningkatan fasilitasi perdagangan dalam memproses perizinan eksporimpor. Serta percepatan layanan ekspor-impor dan pengawasan perdagangan melalui National Logistic Ecosystem (NLE).
4. Dengan menyediakan pelatihan bagi para calon eksportir baru, khususnya usaha kecil dan menengah (UKM). Ini dilakukan melalui program pendidikan pelatihan ekspor Indoensia (PPEI) Kemendag.
5. Optimalisasi regulasi dan implementasi pada e-commerce.
6. Meningkatkan trade financing melalui program national interest account yang bekerjasama dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) bagi para UKM eksportir yang tedampak pandemi.
7. Dengan peningkatan akses pasar melalui penguatan fasilitasi dan informasi ekspor yang mencakup promosi ekspor, business matching, pameran dagang internasional baik secara offline maupun virtual, serta penguatan perdagangan di luar negeri.
8. Dengan meningkatan daya saing dan pengembangan produk ekspor melalui penguatan dan optimalisasi serta implementasi program-program unggulan untuk ekspor. (Tio)