WahanaNews Jabar | Harga minyak dunia kembali mengalami kenaikan. Pakar mengatakan tinggal menghitung waktu sampai pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Harga minyak dunia jenis Brent naik ke US$ 86,40 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 84,65 per level.
Baca Juga:
Polda Metro Jaya Sebut Selebaran Aksi 2309 Salahi Aturan
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan UGM Fahmy Radhi mengungkap jika harga minyak belum di atas US$ 100/barel maka pemerintah Indonesia masih bisa menanggung beban tidak menaikkan harga BBM.
"Hanya pertanyaan sampai kapan Indonesia bisa bertahan untuk tidak menaikkan harga BBM? Kalau harga minyak US$ 100 per barel pemerintah masih tahan tidak menaikkan harga BBM. Kalau sudah di atas US$ 100 itu bebannya semakin berat, jadi pemerintah harus menaikkan juga harga BBM tadi," kata Fahmy mengutip wahananews.co, Rabu (27/10/2021).
Ia memprediksi harga minyak bisa naik ke US$ 100/barel atau lebih pada akhir tahun. Hal itu disebabkan banyak faktor, salah satunya permintaan industri meningkat dan akhirnya produksi minyak mulai melonjak.
Baca Juga:
30 September 2022, BEM SI Bakal Demo Lagi soal Isu BBM dan HAM
"Kedua bersamaan dengan musim dingin mendorong kenaikan tadi. Terakhir kan masih di US$ 85 per barel," tuturnya.
Namun, jika harga minyak naik ke angka US$ 100/barel maka pemerintah Indonesia mau tidak mau harus menaikkan BBM. Namun, harus dipilah mana yang harus dinaikkan. Menurutnya BBM jenis Pertamax harus dilepas saja untuk naik.
"Sementara harga BBM seperti Premium, Solar, minyak tanah, itu jangan dinaikkan. Nah kalau Pertalite ini agak banci, Petamax nggak Premium nggak. Tetapi Pertalite itu jangan dinaikkan sama dengan Premium. Karena tujuannya waktu itu kan untuk jembatan migrasi dari Premium ke Pertamax melalui Pertalite kalau masih mengacu pada tujuan itu maka Pertalite jangan dinaikkan," tutupnya. (JP)