WahanaNews Jabar | Pemerintah Kota Subulussalam memperingati hari jadi kota Subulussalam yang ke-59 di lapangan Sada Kata jalan Lae Oram Kecamatan Simpang Kiri, Selasa (14/09/2021).
Wakil Walikota Subulussalam Drs Salamaza, MAP dalam pidatonya menyampaikan sekilas tentang sejarah berdirinya Kota Subulussalam. Dikatakannya sebelum penjajahan Belanda masuk, wilayah Singkil ini di pimpin oleh 16 raja yang sering di sebut raja si 16.
Baca Juga:
Peredaran Ganja Asal Aceh Tujuan Sumbar 624 Kg Diungkap BNN
Dari 16 kerajaan tersebut, masing-masing terbagi di dua wilayah yaitu Das Cinendang (Simpang Kanan) meliputi kerajaan Tanjung Mas, kerajaan Negeri Ujung Limus, kerajaan Suro, kerajaan Serasah, kerajaan Panjang, kerajaan Punaga, kerajaan Tanah Merah, dan kerajaan Kuta Batu.
Dan di Das Souraya meliputi kerajaan Kuta Baharu, kerajaan Longkip, kerajaan Binanga, kerajaan Tualang, kerajaan Kombih, kerajaan Belegen, kerajaan Pasir Below, dan kerajaan Batu-batu.
Salamaza melanjutkan, pada tahun 1681 mulailah masuk pengaruh Belanda di bawah pengawasan Keresidenan Tapanuli dan Ibukota Sibolga. Dalam politik Devide ad Impera nya Belanda diputuskan wilayah Singkil tunduk kepada Gubernur Militer Aceh yang berkedudukan di Kota Raja.
Baca Juga:
Dari Aceh, Presiden Jokowi Lanjutkan Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatra Utara
Kemudian tahun 1905 Stablad no.449 diangkatlah I.C Tiggelman sebagai Konteleur di bawah pemerintahan Belanda wilayah Singkil yang terdiri 4 jabatan districhfhoopd yaitu distrifch Banaden Singkil, distrifch Simpang Kiri, distrifch Simpang Kanan dan, distrifch Laeden.
Sejak tahun 1937 kekuasaan raja-raja beralih total ke konteluer Singkil, sejak itu pula kekuasaan raja tidak di beri kesempatan kepada anak pribumi.
Hal itu tampak jelas, pimpinan distrifch Banaden Singkil di angkat Datuk Murat dan kepala distrifch Simpang Kiri yang berkedudukan di Runding diangkatlah Datuk Paruhum Lubis dari Keresidenan Tapanuli.
Pada awal kemerdekaan berdasarkan ketetapan DPRD Tk II Aceh Selatan dan DPRD Tk I Aceh dinyatakan wilayah Singkil berstatus perwakilan Aceh Selatan berkedudukan di Singkil yang di sebut pembantu Bupati Aceh Selatan perwakilan Singkil (Asisten Residen).
Kemudian pada tahun 1999 wilayah Singkil berubah status menjadi kabupaten Aceh Singkil ketika itu, selanjutnya terjadilah pemekaran di beberapa Kecamatan yaitu Simpang Kiri mekar menjadi 7 Kecamatan pada tahun 2007 pada saat terbentuk Kota Subulussalam.
Dari 7 Kecamatan tersebut, 5 diantaranya masuk wilayah Subulussalam sedangkan 2 Kecamatan yaitu Kuta Baharu dan Singkohor tetap masuk wilayah Singkil.
Sedangkan distrifcthoofd Simpang Kiri yang berkedudukan di Runding pada awal kemerdekaan di tetapkan menjadi Kecamatan Simpang kiri yang mana pada awalnya di sebut dengan sebutan kepala negeri yang di pimpin oleh H Muhammad Husain yang pemangkatannya bedasarkan musyawarah tokoh-tokoh masyarakat di Runding.
Tidak lama setelah itu, di angkatlah asisten wedana (aswed) yang bernama Sutan Bustami, kemudian setelah itu beliau wafat di gantilah dengan Raja Ulasi.
Pada kepemimpinan Ibrahim Abduh (raja Ulasi) sebagai Wedana di cetuskan lah program restlemen desa yang lokasinya mulai km 5 sampai jm 11 jalan Subulussalam-Runding, ucap Wakil Walikota Drs Salmaza mengakhiri pidatonya.
Pantauan wahananews, pada kegiatan hari jadi Kota Subulussalam tersebut situasi berjalan lancar dan semua yang hadir dengan mematuhi prokes kesehatan.
Turut hadir dalam kegiatan acara HUT kota Subulussalam diantaranya anggota DPRA Aceh, Ketua DPRK Subulussalam beserta anggota DPRK, Dandim 0118, Kapolres Subulussalam, Kajari Subulussalam, Ketua Pengadilan Negri, Ketua Mahkamah Syari'ah, Ketua MPU, para ketua lembaga, Sekda Subulussalam, para Asisten dan Staf Ahli, Ketua Tim penggerak PKK, para Kepala SKPK dan para Camat, para Kepala Mukim dan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama. (JP)