WahanaNews-Depok | Mengawali bulan Maret emak-emak di Kota Depok dipaksa meminta uang jajan lebih kepada suami. Keladinya, secara bersamaan pangan dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) non subsidi mengalami kenaikan. Pangan yang naik : daging Rp130 ribu perkilogram, tempe Rp12 ribu perpapan, minyak goreng (Migor) Rp17 ribu perliter dan LPG non subsidi naiknya Rp10-Rp24 ribu.
Pedagang daging sapi di Pasar Agung, Jaji Fahrozi mengatakan, harga daging sapi mencapai Rp130 ribu dari sebelumnya hanya Rp120 ribu. “Daging sapi naik Rp10 ribu perkilogramnya.
Baca Juga:
Pebalap Depok Bikin Merah Mutih Berkibar di Mandalika
Dalam sepekan dua kali kenaikan, membuatnya geram. Hal itu mengakibatkan omset penjualannya menurum drastis. “Penjualan sangat berkurang drastis. Bisa dibilang 50 persen. Yang awalnya bisa sampai Rp10-12 juta sekarang hanya Rp5juta,”.
Ia menuturkan, biasanya kenaikan harga terjadi menjelang hari raya Rp150 ribu perkilogram. Belum hari raya sudah naik, membut dia berfikir ulang berjualan kedepannya. Saat ini hanya bebrapa pedagang dagiung yang berjualan dari 10 lapak. “Biasanya naik harganya pas menjelang lebaran. Kalau seperti ini kami juga berfikir apakah ada konsumen yang mau beli atau tidak,” .
Sementara, penjual daging di Pasar Cisalak, Harun menambahkan, beberapa pedagang di Pasar Cisalak ada yang setuju harga daging naik, dan begitu juga sebaliknya. Menurutnya, kenaikan harga saat ini seharusnya berlaku di hari raya. Harun mengungkapkan, diperkirakan daging sapi akan naik lagi saat menjelang bulan Ramadan. “Yang jelas pada saat bulan puasa menjelang lebaran akan ada kenaikan lagi,” .
Baca Juga:
Lebih Dekat dengan Lurah Pancoranmas, Mohammad Soleh: Dari Gowes, Sambangi Warga Bantaran Kali
Tak hanya daging sapi dan minyak goreng yang melonjak naik, kali ini gas nonsubsidi juga mengalami kenaikan harga sejak Minggu (1/2). Harga gas elpiji yang naik adalah gas yang berukuran 12 kg dan 5,5kg.
Wakil Ketua Bidang Elpiji Hiswana Migas Kota Depok, Imron Effendy menjelaskan, kenaikan harga gas elpiji berbeda disetiap ukurannya. Harga nonsubsidi elpiji mencapai Rp88 ribu untuk tabung Bright Gas 5,5kg dan Rp187 ribu untuk tabung bright gas ukuran 12kg. “Harga eceran tertinggi bright gas 12kg dari Rp163 ribu menjadi Rp188 ribu, 5,5 kg dari Rp78 ribu menjadi Rp88 ribu,” .
Dari sekian harga yang sudah ditetapkan, untuk birght gas ukuran 12kg mengalami lonjakan Rp24 ribu, sedangkan bright gas 5,5kg mengalami kenaikan Rp10 ribu. Sedangkan untuk gas elpiji 3kg tidak ada kenaikan harga. “Gas elpiji non subsidi naik karena mengikuti perkembangan terkini dari industri minyak dan gas,” .
Imron menambahkan, saat ini pihaknya belum terjun ke lapangan terkait persoalan gas ini, namun ia meyakinkan untuk saat ini stok gas non subsidi dapat terbilang aman. “Kalau stok untuk sekarang ini masih normal,” .
Sedangkan, untuk harga minyak, masih menginjak diatas Rp14 ribu. Hal itu juga membuat para ibu-ibu di Kota Depok mengalami kesulitan mendapatkan minyak dengan harga murah.
“Minyak goreng sanco dan sania masih menginjak Rp17 ribu perliternya, sedangkan Rp34ribu untuk ukuran dua liter,” ujar Kepala UPT Pasar Agung.
Pada saat ini, pasar modern yang terletak di Jalan Proklamasi belum mengalami penurunan harga. Akan tetapi, Dinas Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Barat akan melakukan operasi pasar dengan pendistribusian 150 minyak goreng kemasan pada Selasa (1/3). “Hari ini akan ada operasi pasar dari Disperindag untuk pendistribusian minyak kemasan,” tegasnya.
Salah satu pedagang tempe di Pasar Kemirimuka, Sobirin mengatakan, perbedaan itu terdapat pada harga tempe yang sekarang. “Sekarang harga tempe naik, dari yang tadinya Rp 10.000 menjadi Rp 12.000 perpapan,”.
Walau terpantau tidak naik signifikan, Sobirin mengaku hanya mendapatkan keuntungan sedikit dari usaha tempenya sekarang. “Sekarang untungnyaw tipis, tidak seperti hari biasanya,” .
Harga tempe naik karena terimbas dari harga bahan pokoknya yaitu, kedelai yang juga mengalami kenaikan harga secara signifikan. “Bayangin aja, harga kedelai 1 kuintal dari yang tadinya Rp800 ribu sekarang menjadi Rp1.180.000,” .
Sobirin pun mengaku tidak berani untuk menaikkan harga tempe secara signifikan. “Ya kan saya punya langganan tetap, kalau dinaikkan banyak pada pergi langganan saya,” .
Kendati demikian, Sobirin masih tetap berjualan lantaran hanya itu mata pencarian dia. “Mau gimana lagi,”.
(JU)