Jabar.WahanaNews.co | Tercatat, sudah 76 tahun Perusahaan Listrik negara menerangi Indonesia. Tapi tidak banyak mengetahui tentang sejarah bagaimana awal mula perkembangan listrik di Indonesia.
Untuk itu, Komisaris PLN Eko Sulistyo pun menulis buku berjudul ‘Jejak Listrik di Tanah Raja’ yang berupaya mengungkap sejarah itu. Buku ini menggambarkan sejarah kelistrikan mulai 1901 hingga 1957.
Baca Juga:
Nusa Dua Bali Jadi Tuan Rumah General Annual Meeting FISUEL Tahun 2017, ALPERKLINAS Hadir sebagai Salah Satu Peserta dari Indonesia
Selain itu, untuk mengenalkan sejarah tersebut kepada masyarakat terutama generasi milenial penerus bangsa, PLN pun menggelar Bedah Buku dan Diskusi di sejumlah kota di Indonesia, salah satunya Bandung. Dalam acara Bedah Buku dan Diskusi kali ini digelar PLN bersama Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) di NuArt Sculpture Park Bandung, Jumat (22/04/2022).
Eko Sulistyo hadir secara bersama General Manager PT. PLN (Persero) Jawa Barat Agung Nugraha, Dosen Program Studi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UNPAD Fadli Rahman, dan juga Penyair dan Esais Ahda Imran, serta Sekjen KAPT Achmad Fachruddin.
Dalam diskusi yang berlangsung interaktif ini, Eko berharap dengan adanya buku ini dapat menjadi pelecut bagi PLN untuk terus memberikan pelayanan maksimal. Memenuhi rasio elektrifikasi hingga 100 persen. Menyasar hingga wilayah terpencil di pelosok negeri.
Baca Juga:
Hadir di Kongres Dunia di Brasil Tahun 2015, ALPERKLINAS Mulai Rintis Keanggotaan di Consumers International
“Ini menjadi penyemangat untuk kita semua. Kita akan terus mengejar rasio elektrifikasi hingga 100 persen,” kata Eko.
Eko menjelaskan tentang sejarah kelistrikan serta transformasi yang dihadirkan di Vostelanden alias wilayah kekuasaan kerajaan di Surakarta. Yakni, Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran yang dimulai pada 1901 hingga 1957.
Buku ini juga menceritakan bagaimana sejarah perusahaan listrik pertama paska kemerdekaan RI. Menurut dia, keberadaan listrik di tanah raja yang didirikan oleh Soloche Electriciteit Maatschappij (SEM) ini sangat penting, karena menjadi penanda zaman munculnya modernitas.
“Dari buku ini saya ingin menceritakan bahwa listrik juga memiliki pengaruh terhadap perubahan sosial, budaya, pendidikan, ekonomi dan lainnya,” kata Eko.
Kata dia, kehadiran listrik memunculkan budaya baru di kota. Kota yang dialiri listrik akan menjadi kota yang ekonominya lebih maju daripada daerah yang tidak dialiri listrik. Hal itu juga terjadi di Amerika, Afrika, negara komunis, maupun negara kapitalis.
Lebih jauh lagi Eko menjelaskan, Surakarta merupakan kawasan kerajaan Jawa yang dianggap sebagai kota tradisional. Namun, justru kota itu berubah total dengan hadirnya listrik. Berbagai perubahan terjadi.
Dulu, sebelum listrik hadir, penerangan sangat bergantung pada obor dan gas yang sangat terbatas. Dengan adanya listrik yang begitu cepat berkembang, Kota Solo menjadi terang benderang.[gab]