WahanaNews-SUMEDANG | Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat diketahui telah menangguhkan perjanjian kerja sama (PKS) dengan para penyadap getah di kawasan konservasi Gunung Masigit Kareumbi, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Akibatnya, penyadap getah pinus di kawasan tersebut kini terlunta-lunta karena kehilangan mata pencaharian setelah sekitar 5 bulan lalu tidak boleh menyadap.
Baca Juga:
Harimau Sumatera Ditemukan Mati di Medan Zoo
Saat ini, para penyadap pun menunggu kepastian diperpanjang kembali PKS.
Kepala Desa Jaya Mekar, Kecamatan Cibugel, Idi Kusnadi mengatakan bahwa 70 orang penyadap getah kini kesusahan untuk hidup. Ditambah, sebagian dari mereka terlilit hutang ke bank.
"Untuk sehari-hari, mereka terpaksa kerja serabutan kembali. Padahal, menyadap adalah pekerjaan tetap warga sejak 3 tahun lalu. Nah untuk menutup hutan ini yang jadi persoalan serius," kata Idi, Jumat (26/8/2022) kemarin.
Baca Juga:
Makan Korban, BKSDA Riau Pasang Kandang Jebak Harimau Sumatera di Siak
Idi mengatakan dia sudah bicara dengan pihak bank agar memberi keringanan kepada beberapa warganya yang punya cicilan.
Selain kepada bank, Pemerintah Desa Jaya Mekar juga telah berkirim surat ke BBKSDA Jawa Barat.
"Surat itu mempertanyakan kejelasan perpanjangan PKS. Kalau harus menunggu, menunggu berapa lama lagi? Ini dari Maret hingga kini belum ada kejelasan," kata Idi.
Kepala Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Ujang Supriatna mengeluhkan hal yang sama.
"Di Sindulang, petani mengeluh dan keberatan. Klarifikasi kemarin dengan semua petani, agar PKS segera ditindak lanjuti dan segera disahkan," katanya saat dihubungi, Jumat
Ada sekitar 40 penyadap getah pinus di Sindulang, tetapi kini mereka menganggur. Sudah 5 bulan mereka kehilangan mata pencaharian.
Di Desa Sunda Mekar, Kecamatan Cisitu, warga penyadap getah mengeluhkan hal yang sama. Kepala Desa setempat, Imam Mulyono mengatakan bahwa warga kini serba bingung.
"Serba bingung, warga juga sambil nunggu kalau memang enggak diperpanjang ya ada kejelasan biar nyari pekerjaan yang lain," kata Imam saat dihubungi.
Kini, sebagai pekerjaan penyela, warga penyadap getah di Sunda Mekar bekerja serabutan seperti menjadi buruh tani di sawah, buruh cangkul, atau sekedar membantu panen padi.
"Ya buat warga enggak ada harapan lain selain menyadap getah," katanya.
Sementara itu, Kabid Teknis BBKSDA Jabar Himawan saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, hingga saat ini enggan memberikan keterangan perihal tersebut.
"Maaf, gak bisa via telepon, di kantor saja," jawabnya. [rsy]