Jabar.WAHANANEWS.CO - MARTABAT Prabowo–Gibran menilai jalur kereta api Cirebon–Kadipaten yang berhenti beroperasi sejak 1978 memiliki nilai strategis besar apabila direaktivasi kembali, terutama untuk memperkuat struktur ekonomi Kawasan Rebana yang sedang tumbuh pesat.
Organisasi relawan nasional ini menyebut reaktivasi jalur tersebut layak dimasukkan dalam agenda percepatan infrastruktur transportasi, mengingat perannya dahulu sebagai tulang punggung logistik industri dan hasil bumi di Jawa Barat.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Dukung Relokasi PTDI ke Kertajati Demi Percepatan Pembangunan Kawasan Metropolitan Rebana
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, mengungkapkan jalur kereta bersejarah sepanjang 48,6 kilometer itu tidak hanya memanggul nilai historis, tetapi juga memuat potensi ekonomi masa depan yang sangat relevan dengan arah pembangunan pemerintahan Prabowo–Gibran.
“Reaktivasi jalur Cirebon–Kadipaten berarti menghidupkan kembali simpul logistik yang pernah menopang industri gula, genteng, hingga hasil hutan. Dalam konteks Rebana sebagai kawasan ekonomi baru, konektivitas semacam ini bisa menjadi akselerator nyata,” kata Tohom, Selasa (18/11/2025).
Menurutnya, keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Pelabuhan Patimban, dan jaringan industri Jatiwangi menjadikan kawasan ini membutuhkan tulang punggung transportasi massal yang terintegrasi.
Baca Juga:
Imbas Tarif Impor AS, MARTABAT Prabowo-Gibran Sebut Kawasan Metropolitan Rebana Jadi Sasaran Industri China
“Jika jalur lama ini dibuka kembali, biaya logistik bisa ditekan, aliran distribusi industri dapat dipercepat, dan mobilitas tenaga kerja akan jauh lebih efisien. Itu sejalan dengan prinsip pemerataan pembangunan yang diusung pemerintahan Prabowo–Gibran,” ujarnya.
Tohom menilai hilangnya jalur ini pada era 1970-an, akibat pencurian rel, infrastruktur lapuk, hingga perawatan mahal, sebenarnya menunjukkan betapa besarnya kehilangan ekonomi yang terjadi hingga kini.
“Kita kehilangan moda yang seharusnya menopang industri setempat. Di Jatiwangi saja ada lebih dari 100 pabrik genteng yang dulunya bergantung pada kereta api. Bayangkan jika saat ini mereka terkoneksi kembali dengan Cirebon dan jalur lintas utara Jawa,” tuturnya.
Pada bagian lain, Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch menyoroti pentingnya tata ruang dan pengembangan wilayah berbasis konektivitas lintas kabupaten.
“Dalam sudut pandang aglomerasi, Cirebon–Majalengka–Kuningan adalah segitiga aktivitas ekonomi yang terus tumbuh. Reaktivasi jalur KA Cirebon–Kadipaten dapat mengunci kohesi antarkawasan sehingga pertumbuhan tidak lagi terpusat di titik tertentu, tetapi menyebar lebih merata,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa pelestarian aset sejarah juga menjadi nilai tambah. Jalur tersebut melintasi kawasan budaya seperti Kampung Batik Trusmi yang kini menjadi ikon wisata.
“Kita bisa memadukan transportasi modern dengan heritage tourism. Banyak negara maju melakukan itu. Indonesia tidak boleh ketinggalan,” kata Tohom.
MARTABAT Prabowo–Gibran berharap pemerintah pusat maupun Pemprov Jawa Barat membuka ruang diskusi lebih luas mengenai reaktivasi jalur ini, terlebih Majalengka belum masuk daftar prioritas reaktivasi meski memiliki konektivitas strategis dengan BIJB Kertajati.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]