Jabar.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo-Gibran merespons positif masuknya investasi besar dari perusahaan Singapura dan PT Garuda melalui anak usahanya ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati.
Organisasi relawan ini menilai langkah tersebut sebagai sinyal kuat bahwa kawasan Metropolitan Rebana mulai diakui sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi baru berbasis industri, logistik, dan kedirgantaraan di Indonesia.
Baca Juga:
Menteri PUPR Nilai Tol Pelabuhan Patimban Bakal Jadi Akses Strategis Logistik
Ketua Umum MARTABAT Prabowo-Gibran, KRT Tohom Purba, menegaskan bahwa investasi senilai puluhan triliun rupiah itu harus menjadi pemantik bagi BUMN dan sektor swasta nasional untuk tidak ragu mengikuti jejak investor global.
Menurutnya, Kertajati tidak lagi bisa dipandang sebagai bandara semata, melainkan sebagai simpul ekonomi strategis yang terhubung dengan kawasan industri, pusat logistik, dan rantai pasok nasional.
“Masuknya investor Singapura bersama konsorsium China, ditambah pengembangan Kertajati Aerospace Park oleh GMF, menunjukkan bahwa Kertajati memiliki daya tarik fundamental yang kuat. Ini bukan proyek jangka pendek, tapi fondasi ekosistem ekonomi baru,” kata Tohom, Sabtu (13/12/2025).
Baca Juga:
Dukung Pertumbuhan Ekonomi Subang Jabar, WIKA Kebut Proyek Tol Akses Patimban
Tohom menilai pengembangan pusat logistik, kawasan komersial, e-commerce, hingga fasilitas MICE di sekitar bandara akan menciptakan efek berganda bagi ekonomi Jawa Barat, khususnya wilayah Rebana. Ia menekankan bahwa penyerapan ribuan tenaga kerja dan keterlibatan komunitas lokal harus menjadi indikator utama keberhasilan investasi, bukan hanya nilai modal yang masuk.
Lebih jauh, Tohom mengingatkan pentingnya peran negara dalam memastikan kesinambungan proyek.
Menurutnya, BUMN perlu tampil sebagai anchor investor yang memperkuat kepercayaan pasar, sementara pemerintah daerah dan pusat harus menjaga konsistensi regulasi dan kepastian hukum.
“Kalau ekosistemnya stabil, swasta nasional akan masuk dengan sendirinya. Yang dibutuhkan sekarang adalah keberanian kolektif,” ujarnya.
Sebagai Ketua Aglomerasi Watch, Tohom juga menyoroti bahwa Kertajati harus dikembangkan dalam kerangka aglomerasi ekonomi yang terintegrasi dengan kawasan industri di Cirebon, Majalengka, Subang, hingga Patimban.
Ia menilai pendekatan parsial hanya akan membuat bandara kehilangan momentum. Selain itu, investasi di Kertajati akan menjadi tolok ukur keberhasilan visi pembangunan Prabowo-Gibran yang terfokus pada industrialisasi, kemandirian ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas.
“Aglomerasi Rebana harus diposisikan sebagai satu kesatuan ekonomi. Bandara, pelabuhan, kawasan industri, dan kota-kota penyangga harus bergerak dalam satu desain besar,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]