WahanaNews Jabar-Banten | Pembangunan Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) PLN 500 KV/ P14 di Gang Family, RT/RW: 007/ 001 Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat mendapat perhatian warga. Pasalnya proyek yang sudah selesai dibangun sejak tahun 2017 itu, hingga kini aliran air kali gebyuran yang semula arus airnya melewati tepat di bawah SUTET belum juga di normalisasi dan ditinggalkan begitu saja usai proyek itu selesai dibangun.
Seperti pengakuan salah seorang warga inisial M (72) yang tinggal di sekitar SUTET, kepada wahananews.co ia mengatakan merasa dirugikan mulai proyek ini berjalan, dimana 4 lahan empang miliknya di serobot begitu saja tanpa ganti rugi.
Baca Juga:
PLN UP3 Bengkulu: Pemadaman Listrik Akibat Gangguan SUTET 275 kV Lubuklinggau-Lahat
"Empat lahan empang saya terkena serobot dan tanaman-tanaman saya tidak sedikit pak, ada 40 pohon pisang, pepaya, dan singkong juga habis semuanya. Tidak hanya saya, petani-petani lain pun mengalami hal yang sama tanaman mereka juga banyak yang terkena serobot," ucap warga M.
Lebih lanjut M mengatakan, dia sudah menyampaikan kepada pihak kontraktor PT Bukaka yang saat itu ada dilokasi pembangunan untuk meminta pertanggung jawaban ganti rugi atas kerusakan itu, tapi YT (kontraktor pelaksana PT Bukaka) hanya menjawab "Iyah nanti saya ajuin".
"Begitu saja terus jawabannya berulang ulang setiap kita minta tanggungjawab dari pihak pelaksana PT Bukaka dan hingga kini saya belum juga menerima sejumlah ganti rugi," katanya lagi.
Baca Juga:
PLN Operasikan Transmisi Baru SUTET 275 KV dan 2 GITET Muara Enim-Gumawang, TKDN Capai 90 Persen
Didapati juga salah seorang peternak ikan lele yang tidak disebutkan namanya, mengalami kerugian puluhan juta rupiah dimana sebanyak 4 kolam ikan lele hasil ternak miliknya mati semua akibat pengerjaan proyek pembangunan SUTET tersebut.
"Pemilik kolam lele tidak menuntut lebih ke pihak PT Bukaka, hanya meminta setengah dari jumlah kerugiannya saja agar segera digantikan, akan tetapi sampai sekarang mana, tidak ada kabar kejelasannya," jelas warga M.
Hal sama dialami warga lain terdampak pembangunan SUTET, pria berinisial S (50) petani yang tanamannya juga terkena serobot mengeluhkan dirinya sering mengalami gagal panen akibat luapan banjir karena aliran arus air kali gebyuran yang belum di kembalikan seperti semula yaitu lebar 4 meter dan kedalaman air 2,8 meter.
Dirinya hanya bisa pasrah mengelus dada saat tanamannya terkena serobot pada saat itu. "Habis mau bagaimana lagi, ya namanya proyek punya pemerintah saya juga tidak bisa apa-apa, entah kenapa sampai saat ini belum juga di kembalikan aliran arus air kali gebyuran itu ke jalur semula," keluh warga S yang mana dirinya juga mengaku belum menerima sejumlah ganti rugi dari pihak kontraktor PT Bukaka sampai saat ini. (JP)